Kesepakatan Dagang AS–Indonesia Terancam Gagal

- Kesepakatan dagang AS-Indonesia di ujung tanduk
- Indonesia diduga menarik kembali komitmen, pemerintah AS kecewa
- Proses negosiasi masih berjalan normal, fokus pada harmonisasi dan perubahan klausul
Jakarta, FORTUNE — Kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Indonesia yang diumumkan pada Juli lalu kini berada di ujung tanduk.
Seorang pejabat Amerika Serikat (AS) menyatakan pemerintah Indonesia diduga menarik kembali sebagian komitmen yang sebelumnya telah disepakati, sehingga membuat masa depan perjanjian tersebut tidak pasti.
“Mereka mengingkari apa yang telah kami sepakati pada Juli,” kata pejabat itu, yang tak ingin disebutkan namanya, seperti dikutip dari laporan Reuters, Rabu (10/12).
Ia tidak mengungkap secara lengkap komitmen apa saja yang dianggap mulai dilonggarkan oleh Indonesia.
Menanggapi tudingan tersebut, pemerintah Indonesia menyatakan proses negosiasi masih berjalan normal.
“Dinamika dalam proses negosiasi adalah hal yang normal. Pemerintah Indonesia berharap kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak dapat segera tercapai,” kata Juru Bicara Kementerian Koordinator Perekonomian, Haryo Limanseto, yang dikutip dari keterangan tertulisnya, Rabu (10/12).
Kementerian yang dipimpin Airlangga Hartarto itu memegang peran kunci sebagai koordinator dan kepala negosiator tarif Indonesia dalam pembicaraan dengan AS. Pejabat Indonesia lainnya mengatakan saat ini harmonisasi menjadi fokus utama, sehingga beberapa klausul masih perlu disesuaikan untuk menghasilkan naskah final.
Pada Juli, kedua negara mengumumkan kesepakatan perdagangan besar yang mencakup komitmen Indonesia menghapus tarif lebih dari 99 persen barang asal AS, serta menghilangkan seluruh hambatan non-tarif bagi perusahaan Amerika.
Sebagai imbalan, AS berjanji menurunkan ancaman tarif terhadap produk Indonesia dari 32 persen menjadi 19 persen.
Namun, kini, Indonesia menyampaikan keberatan terhadap beberapa komitmen yang bersifat mengikat ketika berkomunikasi dengan Perwakilan Dagang AS (USTR), Jamieson Greer, demikian keterangan sumber anonim tersebut. Indonesia dikabarkan ingin merumuskan ulang sejumlah klausul sebelum melangkah lebih jauh.
Menurut pejabat AS tersebut, perubahan sikap Indonesia bisa menghasilkan perjanjian yang kurang menguntungkan bagi Washington dibandingkan dengan kesepakatan yang telah dicapai AS dengan Malaysia dan Kamboja.
Financial Times sebelumnya melaporkan Washington menilai Indonesia mengalami “kemunduran,” terutama terkait penghapusan hambatan non-tarif untuk ekspor industri dan pertanian AS, serta komitmen dalam isu perdagangan digital.
Hingga kini, USTR belum memberikan pernyataan resmi atas perkembangan terbaru ini.


















