Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
For
You

Laboratorium Karbon Digital Tingkatkan Akurasi Pelaporan Emisi

IMG_20251211_164503.jpg
Indonesia Carbon Trade Association (IDCTA) menyelenggarakan Carbon Digital Conference (CDC) 2025 yang berlangsung pada 8—9 Desember 2025 di ITB, Kota Bandung. (Eko Wahyudi/ Fortune Indonesia).
Intinya sih...
  • IDCTA meluncurkan laboratorium karbon digital untuk meningkatkan akurasi pengukuran, pelaporan, dan verifikasi emisi gas rumah kaca.
  • Inovasi digital dipandang sebagai kunci pengembangan pasar karbon di Indonesia.
  • Bandung ditetapkan sebagai pilot project laboratorium karbon digital pertama di Indonesia.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, FORTUNE — Indonesia Carbon Trade Association (IDCTA) resmi meluncurkan laboratorium karbon digital sebagai langkah strategis meningkatkan akurasi pengukuran, pelaporan, dan verifikasi (measurement, reporting, and verification/MRV) emisi gas rumah kaca.

Dalam peluncuran yang digelar pada Carbon Digital Conference (CDC) 2025 di Institut Teknologi Bandung, Selasa (9/12), Kota Bandung ditetapkan sebagai proyek percontohan (pilot project) pertama untuk inovasi ini.

Ketua Umum IDCTA, Riza Suarga, menegaskan fasilitas ini dirancang memperbaiki kualitas data dan transparansi, yang menjadi fondasi integritas pasar karbon nasional serta ambisi ekonomi hijau.

“Laboratorium karbon digital untuk meningkatkan kemampuan dalam mengukur, melaporkan, dan memverifikasi (MRV) emisi gas rumah kaca,” kata Riza.

Ia menambahkan, keberadaan laboratorium ini akan memperkuat kemampuan Indonesia dalam merumuskan kebijakan iklim yang tepat sasaran.

“Hal ini akan membantu Indonesia dalam mencapai target pengurangan emisi dan meningkatkan kemampuan dalam mengatasi perubahan iklim,” ujarnya.

Peluncuran laboratorium ini ditandai dengan penandatanganan komitmen bersama antara IDCTA dan Pemerintah Kota Bandung. Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menyambut baik inisiatif ini sebagai solusi atas tantangan tata ruang kota.

Farhan menjelaskan, kepadatan penduduk yang tinggi membuat Bandung kesulitan memenuhi amanat undang-undang terkait target 30 persen Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Oleh karena itu, pengembangan skema ekonomi karbon melalui teknologi digital dinilai penting sebagai alternatif solusi lingkungan dan ekonomi.

Sebagai modal, Bandung memiliki potensi pemanfaatan Lahan Sawah Dilindungi (LSD) seluas 600–700 hektare. Farhan menyebut aset ini dapat berfungsi sebagai modal alam (natural capital) yang berkontribusi dalam skema ekonomi karbon di masa depan.

“Ini kesempatan emas untuk menjadikan Bandung sebagai ruang prototyping teknologi. Jika prototipe berhasil, kami tinggal memperbesar kapasitasnya agar Bandung dikenal sebagai kota lahirnya carbon digital economy,” ujar Farhan yang menargetkan Bandung menjadi living lab industri karbon digital.

Langkah penguatan infrastruktur karbon domestik ini mendapat sorotan positif dari pelaku industri. Partner dan Sustainability Leader PwC Indonesia, Yulianna Sudjonno, menilai momentum ini harus dimanfaatkan untuk memastikan kredit karbon Indonesia memenuhi standar global, apalagi setelah adanya kemajuan dalam Mutual Recognition Agreement (MRA).

“Kini saatnya seluruh ekosistem—pemerintah, penyedia pembiayaan, pengembang proyek, hingga pelaku pasar—melanjutkan upaya membangun kredit karbon berkualitas tinggi di Indonesia. CDC 2025 menjadi katalis penting untuk memastikan setiap langkah memenuhi standar global,” ujarnya.

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us

Latest in News

See More

Laboratorium Karbon Digital Tingkatkan Akurasi Pelaporan Emisi

11 Des 2025, 20:49 WIBNews