Indonesia Gandeng Australia, Garap Peluang Ekonomi Hijau
Presiden Jokowi juga ingin bermitra dengan Britania Raya.
Jakarta, FORTUNE - Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Peribahasa itu menggambarkan upaya Indonesia beralih ekonomi ramah lingkungan (green economy) melalui kolaborasi dengan banyak pihak, termasuk negara-negara tetangga.
Pada konferensi perubahan iklim KTT COP26, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan keinginan menjalin kerja sama dengan Britania Raya dalam bidang itu. Terutama dalam investasi serta peningkatan teknologi hijau demi transisi ekonomi.
Pada awal pekan ini, Kementerian Luar Negeri Indonesia justru telah resmi menggandeng Australia guna mengurangi emisi rumah kaca dan hal-hal terkait ekonomi ramah lingkungan.
Kedua pihak melihat peluang dampak positif dari Kemitraan Strategis Komprehensif (CSP), termasuk Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA), guna menyokong pembangunan hijau dan transisi energi.
“Kami berkomitmen memperkuat kolaborasi pada transisi iklim dan energi, pendanaan iklim, tata kelola lingkungan, pengelolaan sumber daya, perlindungan keanekaragaman hayati, konservasi air, serta pengurangan dan ketahanan resiko bencana,” demikian Kemenlu dalam keterangan resmi di situsnya, dikutip Rabu (3/11).
Memperkuat Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Di bawah perjanjian tersebut, Indonesia–Australia dapat menekankan peran penting perdagangan dan investasi ekonomi ramah lingkungan. Begitu pula dengan upaya mengatasi dampak pandemi hingga pemulihan ekonomi kedua negara.
Lebih lanjut, kolaborasi itu diharapkan memperkuat pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di kawasan dengan cara: memfasilitasi arus barang dan jasa, memastikan rantai pasokan yang tangguh, mempertahankan tindakan kebijakan fiskal, dan memastikan fundamental ekonomi makro yang kuat.
Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca
Kedua pihak juga akan memanfaatkan dana guna menyokong proyek teknologi rendah emisi demi menekan emisi rumah kaca. Itu termasuk Carbon Capture and Storage/Carbon Capture, Utilisation, and Storage (CCS/CCUS), energi hidrogen dan amonia yang bersih, efisiensi energi, kelestarian lingkungan, dan inisiatif ekonomi terbarukan lain.
Kemenlu juga mengatakan akan, “memanfaatkan kolaborasi pada proyek penyeimbangan karbon potensial dan pembangunan kapasitas demi mendulang investasi lebih besar dari sektor swasta terhadap aksi iklim di Tanah Air.”
Katalis Pengembangan Bisnis EV
Program IA-CEPA juga akan difungsikan sebagai katalis pengembangan kemitraan bisnis kendaraan listrik (EV) Indonesia-Australia. Tentu itu tak lepas dari dukungan pengembangan sektor manufaktur mineral terkait, seperti nikel.
Dengan begitu, keduanya siap mengatasi tantangan masa depan dalam peralihan ke energi bersih sekaligus mendongkrak nilai industri, serta menumbuhkan lapangan kerja.