Teluk Bintuni Papua Bakal Dapat Penambahan Dana Bagi Hasil Migas Mulai 2027

- Kabupaten Teluk Bintuni akan menerima penambahan Dana Bagi Hasil (DBH) migas mulai 2027
- Bahlil Lahadalia menyoroti APBD Bintuni yang besar disebabkan oleh DBH minyak dan gas kabupaten ini
- Teluk Bintuni merupakan lumbung energi nasional, perlu pelibatan kontraktor lokal untuk proyek strategis seperti Asap Kido Merah (AKM)
Jakarta, FORTUNE - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, Kabupaten Teluk Bintuni bakal menerima penambahan dari Dana Bagi Basil (DBH) migas mulai 2027. Penambahan anggaran ini diharapkan dapat mampu meningkatkan produksi energi ke depannya.
"Hari ini saya datang untuk mengunjungi Genting Oil dan BP Tangguh. Pada 2027 saya pastikan penambahan Dana Bagi Hasil untuk Bintuni dan Fak-Fak. Sudah mulai keluar pada 2027 akhir," ujar Bahlil dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (12/6).
Bahlil menyoroti anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) Teluk Bintuni yang cukup jumbo untuk ukuran kabupaten yakni sekitar Rp3,1 triliun. Nilai tersebut tidak jauh berbeda dari Provinsi Papua Barat, provinsi tempat Teluk Bintuni berlindung yakni sekitar Rp3,5 triliun.
Menurutnya besarnya APBD Bintuni disebabkan oleh DBH minyak dan gas kabupaten ini. Kunjungannya tersebut merupakan bagian dari upaya untuk terus meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Teluk Bintuni.
"Hampir sama (Provinsi Papua Barat dan kabupaten Teluk Bintuni). Bedanya, Pak Gubernur Rp 3,5 triliun mengelola 7 kabupaten. Pak Bupati 24 distrik," ujar Bahlil.
Pentingnya Pelibatan Kontraktor Lokal
Teluk Bintuni merupakan lumbung energi nasional. Lebih dari sepertiga kebutuhan gas nasional dipasok oleh Kabupaten ini. Oleh sebab itu, Bahlil menekankan perusahaan pelaksana tidak hanya mengandalkan mitra kerja dari Jakarta, melainkan turut memberi ruang bagi kontraktor dan tenaga kerja dari Papua dan daerah sekitar proyek.
"Pembangunan proyek strategis seperti Asap Kido Merah (AKM) di Blok Kasuri harus membawa manfaat yang luas, termasuk bagi pelaku usaha local," ujar dia.
Proyek AKM saat ini dikelola oleh Genting Oil Kasuri Pte Ltd (GOKPL) dengan target produksi mencapai 300 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) atau 300 juta standar kaki kubik per hari mulai 2027. Proyek ini diharapkan menjadi salah satu penopang pasokan gas nasional di tengah potensi defisit energi.
Proyek yang dibangun dengan ninvestasi US$3,37 miliar ini diperkirakan akan memberikan tambahan penerimaan negara hingga US$2,01 miliar, serta menyerap lebih dari 1.500 tenaga kerja saat konstruksi dan 200 tenaga kerja saat operasional, dengan komitmen 80 persen berasal dari penduduk asli Papua.
Progres pengembangan lapangan gas sudah menunjukkan kemajuan signifikan. Empat dari lima sumur yang dibuka telah rampung 100 persen, sementara satu sumur lainnya masih dalam tahap penyelesaian.
Genting Group melalui PT Layar Nusantara Gas juga sedang membangun fasilitas Floating LNG (FLNG) berkapasitas 1,2 juta ton per tahun di Shanghai, Tiongkok. FLNG ini akan menjadi yang pertama di Indonesia dan kesembilan di dunia, dengan progres konstruksi mencapai 55,3 persen.