Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Utang Luar Negeri Indonesia Awal 2025 Naik, Ekonom: Masih Terkendali

Ilustrasi Utang/William Poter
Ilustrasi Utang/William Poter
Intinya sih...
  • Utang luar negeri Indonesia naik menjadi US$427,5 miliar atau sekitar Rp7.056 triliun.
  • Penerimaan pajak yang belum mencapai target juga mendorong pemerintah mencari alternatif pembiayaan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia melaporkan utang luar negeri (ULN) Indonesia mengalami peningatan dan menembus US$427,5 miliar atau sekitar Rp7.056 triliun dengan asumsi kurs rupiah Rp16.530 per dolar Amerika Serikat (AS).

"[Utang itu] tumbuh 5,1 persen (YoY), meningkat dibandingkan dengan posisi ULN Desember 2024 yang tumbuh 4,2 persen (YoY)," demikian Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Ramdan Denny Prakoso, melalui keterangan resmi, dikutip Rabu (19/3).

Dari jumlah tersebut, posisi utang luar negeri pemerintah mencapai US$204,8 miliar, yang berarti naik 5,3 persen (YoY). Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya aliran modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) internasional.

Lalu, posisi utang luar negeri oleh swasta mencapai US$194,4 miliar dolar AS. Jumlah itu disumbangkan terutama oleh sektor industri pengolahan, jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik dan gas; serta pertambangan dan penggalian, yang pangsanya 79,4 persen dari total ULN swasta.

Myrdal Gunarto, Global Market Economist Maybank Indonesia, mengatakan pemerintah pada awal tahun ini dihadapkan dengan kebutuhan pembiayaan atas belanja yang tinggi, sementara pendapatan negara relatif menurun.

"Wajar kalau pemerintah mengandalkan utang untuk pembiayaan pembangunan. Karena itulah, kalau kita lihat pertumbuhan utang luar negeri ini mengalami kenaikan," kata Myrdal kepada Fortune Indonesia, Rabu (19/3).

Selain itu, performa penerimaan pajak pada awal tahun juga belum menunjukkan pertumbuhan optimal. Myrdal mengatakan penerimaan pajak yang belum mencapai target ini menjadi faktor tambahan yang mendorong pemerintah mencari alternatif pembiayaan.

Pemerintah juga harus memenuhi kewajiban pembayaran bunga utang, yang semakin memperkuat alasan untuk mengandalkan utang dalam mengelola keuangan negara.

Tahun ini pemerintah juga akan menghadapi utang jatuh tempo. Menurut Myrdal, nilainya masih terkendali dan sepertinya pemerintah akan melakukan reprofiling.

"Apalagi juga, ke depannya ada kemungkinan suku bunga turun," ujarnya.

Dia berharap kondisi utang yang masih terkendali ini dapat mengundang iklim cukup baik bagi perekonomian Indonesia.

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us