Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
For
You

Bos Google Peringatkan Tidak Ada Perusahaan yang Kebal Bubble Burst AI

CEO Google, Sundar Pichai. (Twitter.com/Sundar Pichai)
CEO Google, Sundar Pichai. (Twitter.com/Sundar Pichai)
Intinya sih...
  • Nilai saham Alphabet telah berlipat ganda dalam tujuh bulan menjadi US$3,5 triliun.
  • Mayoritas manajer investasi global yakin banyak perusahaan berinvestasi secara berlebihan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Setiap perusahaan akan terdampak jika terjadi bubble burst pada sektor teknologi kecerdasan buatan (AI).

Proyeksi tersebut disampaikan oleh CEO Alphabet, Sundar Pichai, seperti dilansir oleh kantor berita Inggris, BBC. Menurutnya, pertumbuhan investasi AI merupakan "momen luar biasa." Namun, terdapat hal yang tidak rasional di tengah maraknya perkembangan teknologi tersebut saat ini.

Pichai mencemaskan hal tersebut di tengah kekhawatiran nilai perusahaan dan saham terkait AI akan tiba-tiba anjlok (bubble burst), mengiringi lonjakan nilainya dalam beberapa bulan terakhir. Pada saat bersamaan, perusahaan-perusahaan terkait menghabiskan banyak dana untuk industri yang sedang berkembang pesat ini.

Pun demikian, dia meyakinkan bahwa Google akan dapat mengatasi potensi badai tersebut.

"Saya rasa tidak ada perusahaan yang akan kebal, termasuk kami," ujarnya, dikutip dari BBC, Selasa (18/11).

Pernyataan ini muncul di tengah sorotan terhadap kondisi pasar AI yang belum pernah seintensif ini.

Nilai saham Alphabet telah berlipat ganda dalam tujuh bulan menjadi US$3,5 triliun karena pasar makin yakin akan kemampuannya menangkis ancaman dari pemilik ChatGPT, OpenAI.

Fokus khusus Alphabet adalah pengembangan superchip khusus untuk AI yang bersaing dengan Nvidia, yang dijalankan oleh Jensen Huang, yang baru-baru ini mencapai valuasi US$5 triliun pertama di dunia.

Seiring meningkatnya valuasi, beberapa analis tidak begitu yakin akan jaringan rumit senilai US$1,4 triliun yang dibesut oleh OpenAI.

Karenanya, kecemasan akan kembali munculnya booming sekaligus kejatuhan dotcom pada akhir dekade 1990-an mengemuka.

Menurut laporan Financial Times, mayoritas manajer investasi global berpendapat banyak perusahaan menanamkan modalnya secara berlebihan. Survei Bank of America menunjukkan 20 persen manajer investasi percaya banyak perusahaan membelanjakan terlalu banyak uang untuk investasinya.

Lonjakan investasi untuk mengembangkan infrastruktur AI telah menjadi tema dominan dalam reli saham teknologi AS yang memecahkan rekor tahun ini. Pada saat bersamaan, meningkatnya kekhawatiran tentang keberlanjutan belanja ini telah menyebabkan penurunan di Wall Street dalam beberapa pekan terakhir.

Nasdaq Composite yang didominasi saham teknologi telah turun 4 persen bulan ini. Investor bersiap menyongsong laporan keuangan kuartal ketiga dari Nvidia pada Rabu pekan ini.

Lonjakan belanja teknologi juga kembali menghidupkan pasar kredit. Perusahaan-perusahaan AS telah menerbitkan obligasi senilai lebih dari US$200 miliar tahun ini demi membiayai proyek-proyek terkait AI.

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us

Latest in Tech

See More

Bos Google Peringatkan Tidak Ada Perusahaan yang Kebal Bubble Burst AI

18 Nov 2025, 19:00 WIBTech