TECH

Mobilitas Masyarakat Kembali Bangkit, Uber Menaikkan Proyeksi Laba

Uber berhasil mencetak laba pada kuartal keempat 2021.

Mobilitas Masyarakat Kembali Bangkit, Uber Menaikkan Proyeksi LabaIlustrasi aplikasi Uber. (Pixabay/Freestocks-photos)
08 March 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Perusahaan penyedia jasa transportasi (ride hailing) Amerika Serikat, Uber Technologies, menaikkan proyeksi laba intinya pada kuartal pertama tahun ini. Langkah tersebut seiring bisnis perjalanan perseroan yang meningkat akibat perbaikan mobilitas masyarakat AS.

Dalam keterangan kepada Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat, Senin (8/3), Uber memproyeksikan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) berkisar US$130 juta–US$150 juta (Rp1,86 triliun hingga Rp2,15 triliiun), atau naik dari US$100 juta–US$130 juta dari proyeksi sebelumnya.

"Bisnis mobilitas kami bangkit kembali dari Omicron jauh lebih cepat dari yang kami harapkan," kata Chief Executive Officer (CEO) Uber, Dara Khosrowshahi, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (8/3). Dia menyebut konsumen sangat ingin memesan layanan untuk perjalanan, commuting, atau kehidupan malam.

Pemesanan kotor (gross bookings) untuk bandara, yang merupakan salah satu rute paling menguntungkan bagi Uber, naik lebih dari 50 persen secara bulanan pada Februari, menurut Khosrowshahi. Karyawan juga sudah kembali ke kantor setelah dua tahun pandemi COVID-19 bekerja di luar kantor.

Pun begitu, selama puncak pandemi virus corona, bisnis pengiriman (delivery) Uber berkembang pesat. Sebab, konsumen menjadi lebih bergantung pada layanan pemesanan makanan secara daring.

Kinerja Uber 2021

Logo Uber terlihat di pintu mobil hitam dalam lalu lintas di jalan di Minsk, Belarus. Shutterstock/ Maksim Safaniuk
Logo Uber terlihat di pintu mobil hitam dalam lalu lintas di jalan di Minsk, Belarus. Shutterstock/ Maksim Safaniuk

Uber belum lama ini mengumumkan kinerja keseluruhan 2021. Dalam keterangan kepada media, perusahaan ride hailing tersebut sanggup meraih pendapatan (revenue) US$17,46 miliar atau lebih dari Rp249 triliun tahun lalu, naik 57 persen dari US$11,14 miliar pada 2020.

Perusahaan yang berbasis di San Fransisco itu berhasil memangkas kerugian inti menjadi US$774 juta (Rp11,07 triliun) dari sebelumnya US$2,53 miliar. Namun, khusus pada kuartal keempat tahun lalu, Uber sesungguhnya sanggup menangguk adjusted ebitda US$86 juta atau lebih dari Rp1,2 triliun.

“Ke depan, kami siap untuk terus tumbuh dalam skala besar sambil meningkatkan profitabilitas,” kata Nelson Chai, Chief Financial Officer (CFO) Uber.

Pada indikator laba bersih (net income), Uber per kuartal keempat tahun lalu meraup keuntungan US$892 juta atau Rp12,76 triliun. Raihan tersebut merupakan pencapaian gemilang usai rugi US$968 juta pada periode sama 2020.

Pada 2021, Uber masih rugi US$496 juta atau Rp7,09 triliun, namun membaik dari rugi US$6,77 miliar pada tahun sebelumnya. Pada 2019, Uber rugi US$2,73 miliar atau Rp38,97 triliun.

Uber menyebut bisnis ride hailing pada Februari ini masih 10 persen di bawah level pra pandemi atau 2019. Namun, pemesanan bruto mobilitas (mobility gross bookings) telah pulih menjadi 95 persen dibandingkan Februari 2019. Sedangkan, pada sisi pengiriman, pemesanan kotor mencapai titik tertinggi sepanjang masa di bulan sama.

Sebagai tambahan, pada perdagangan Senin (7/3), saham Uber Technologies tercatat ada di posisi US$28,57 atau senilai Rp408,56 ribu per saham. Dalam enam bulan terakhir, saham perseroan tersebut menurun 28,70 persen, dan setahunan bahkan terkoreksi 46,30 persen.

Related Topics