OpenAI Luncurkan Paket ChatGPT Murah untuk Kejar Pertumbuhan

- OpenAI meluncurkan paket ChatGPT Go seharga US$4,47 atau 399 rupee per bulan di India untuk memperkuat kehadirannya di pasar terbesar kedua dunia.
- CEO OpenAI, Sam Altman, menyebut bahwa industri kecerdasan buatan (AI) saat ini berada dalam situasi "bubble" atau gelembung karena investor terlalu bersemangat dan ekspektasinya tinggi terhadap AI.
- Banyak ahli dan analis menganggap investasi di AI bergerak terlalu cepat dan menyatakan bahwa risikonya bergantung pada perusahaan serta adanya peningkatan jumlah modal spekulatif yang dapat menciptakan kantong-kantong valuasi yang terlalu tinggi.
Jakarta, FORTUNE - Pembuat ChatGPT, OpenAI meluncurkan ChatGPT Go, paket berlangganan murah, seharga US$4,47 atau 399 rupee per bulan di India. Strategi harga ini merupakan bagian dari siasat perusahaan dalam memperkuat kehadirannya di pasar terbesar kedua dunia.
Dilansir dari Reuters, tak hanya OpenAI, banyak perusahaan global menawarkan paket berlangganan yang lebih murah untuk pasar India yang sensitif terhadap harga namun memiliki potensi pengguna yang besar, dengan satu miliar pengguna internet di negara terpadat di dunia.
Paket ini memungkinkan pengguna untuk mengirim pesan hingga sepuluh kali lebih banyak dan menghasilkan gambar sepuluh kali lebih banyak dibandingkan versi gratis, sekaligus menawarkan waktu respons yang lebih cepat. Batas pesan meningkat dengan paket berlangganan yang lebih tinggi.
ChatGPT Go dirancang untuk warga India yang menginginkan akses lebih luas ke kemampuan canggih ChatGPT dengan harga yang lebih terjangkau, ungkap startup yang didukung Microsoft. Versi teratas ChatGPT - ChatGPT Pro - dibanderol dengan harga 19.900 rupee/bulan di India, sementara ChatGPT Plus, paket kelas menengahnya, dibanderol dengan harga 1.999 rupee/bulan.
Awal tahun ini, CEO Sam Altman bertemu dengan menteri TI India dan membahas rencana untuk menciptakan ekosistem AI berbiaya rendah.
“India adalah pasar OpenAI terbesar kedua berdasarkan basis pengguna setelah Amerika Serikat dan mungkin akan segera menjadi yang terbesar,” ujar Altman belum lama ini.
Bubble AI
CEO OpenAI, Sam Altman, menilai industri kecerdasan buatan (AI) saat ini berada dalam situasi “bubble” atau gelembung. Menurutnya, investor terlalu bersemangat terhadap AI disertai ekspektasinya yang tinggi.
“Apakah investor terlalu bersemangat terhadap AI? Menurut saya, ya. Tapi apakah AI adalah hal terpenting yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir? Jawaban saya juga ya,” kata Altman, menurut laporan The Verge yang dikutip dari CNBC. “Ketika gelembung terjadi, orang-orang pintar menjadi terlalu bersemangat tentang inti kebenaran.”
Ia pun mempertanyakan sejauh mana antusiasme terhadap AI itu terjadi dan akan bertahan berapa lama. "Apakah kita berada dalam fase di mana investor secara keseluruhan terlalu antusias dengan AI? Pendapat saya, ya. Apakah AI hal terpenting yang akan terjadi dalam waktu yang sangat lama? Pendapat saya juga, ya," ujarnya.
Altman membandingkan dinamika ini dengan dotcom bubble yang terjadi pada akhir tahun 1990-an hingga 2000-an yang memicu antusiasme investor berkat naiknya pertumbuhan eksponensial sektor industri berbasis internet. Namun, pasar saham yang berpusat pada perusahaan berbasis internet jatuh antara Maret 2000 dan Oktober 2002, Nasdaq kehilangan hampir 80 persen nilainya karena banyak perusahaan sektor tersebut gagal menghasilkan pendapatan atau laba.
Beberapa kalangan ahli dan analis menilai bahwa investasi di AI bergerak terlalu cepat. Salah satu pendiri Alibaba, Joe Tsai, Ray Dalio dari Bridgewater Associates, dan kepala ekonom Apollo Global Management, Torsten Slok, bahkan telah menyampaikan peringatan serupa.
Bulan lalu, Slok menyatakan dalam sebuah laporan bahwa ia yakin gelembung AI saat ini lebih besar daripada gelembung internet, dengan 10 perusahaan teratas di S&P 500 dinilai lebih tinggi jika dibandingkan periode 1990-an.
Dalam surel yang dikirim kepada CNBC kemarin, Ray Wang, direktur riset semikonduktor, rantai pasok, dan teknologi baru di Futurum Group, mengatakan bahwa ia merasa komentar Altman memiliki validitas, tetapi risikonya bergantung pada perusahaan.
“Dari perspektif investasi yang lebih luas dalam AI dan semikonduktor saluran... Saya tidak melihatnya sebagai gelembung. Fundamental di seluruh rantai pasokan tetap kuat, dan lintasan jangka panjang tren AI mendukung investasi berkelanjutan,” ujarnya.
Namun, ia menambahkan bahwa terdapat peningkatan jumlah modal spekulatif yang mengejar perusahaan-perusahaan dengan fundamental yang lebih lemah dan hanya potensi yang dirasakan, yang dapat menciptakan kantong-kantong valuasi yang terlalu tinggi.