TECH

Mark Zuckerberg Tak Penuhi 2 dari 6 Poin Kepemimpinan Etis

Belakangan, Mark Zuckerberg didesak mundur sebagai CEO Meta.

Mark Zuckerberg Tak Penuhi 2 dari 6 Poin Kepemimpinan EtisIlustrasi CEO Facebook, Mark Zuckerberg. (Wikimedia Commons)
08 November 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Grup Meta (Facebook) diterpa rentetan masalah dalam beberapa pekan terakhir. Menyusul kasus whistleblower, bos besarnya—Mark Zuckerberg—juga berulang kali didesak mundur dari jabatannya saat ini.

Bulan lalu, Grup Meta dituding lebih mengutamakan keuntungan ketimbang menghilangkan misinformasi, ujaran kebencian, dan ancaman siber lain yang berseliweran di platformnya. Mantan Manajer Produk Meta, Frances Haugen, mengatakan para petinggi perusahaan mengetahui cara membuat Facebook dan Instagram lebih aman, tetapi tak melakukan apa-apa.

“(Mereka) tak akan membuat perubahan yang diperlukan karena lebih mengedepankan keuntungan besar di atas kepentingan publik,” ujarnya ketika membocorkan dokumen-dokumen internal Facebook ke Kongres, dikutip dari Fortune, Senin (8/11).

Dengan argumen itu pula, Haugen pun memaksa Zuckerberg untuk melepas posisinya sebagai CEO Meta. Sebab menurutnya, Meta takkan mampu berevolusi secara internal bila tidak berganti kepemimpinan.

Dia menambahkan, “untuk menjadi lebih kuat, perusahaan bernilai miliaran dolar itu membutuhkan pemimpin yang berfokus pada keselamatan pengguna.”

Zuckerberg Tak Berniat Mundur dalam Waktu Dekat

Selain membantah tuduhan dari Haugen, Zuckerberg juga blak-blakan mengatakan takkan hengkang dari jajaran eksekutif Meta dalam waktu dekat.

Sebagai pendiri, CEO, dan ketua dewan, Zuckerberg dan rekan sejawatnya menguasai hampir 60 persen saham pengendali Meta. Secara tersirat, dia mengindikasikan masih akan berada di pucuk manajemen selama lima tahun. Pekan lalu, dia berujar, “saya tak menentukan tanggal spesifik untuk berhenti (memimpin Meta).”

Zuckerberg Tak Memenuhi Dua Prinsip Kepemimpinan

Menurut Associate Professor di Sekolah Bisnis Stern New York University, Jeffrey Younger, ada perubahan masif dalam harapan masyarakat terhadap bisnis dan para bosnya.

Dalam Barometer Bepercayaan Edelman (2021) terhadap 33.000 responden global misalnya, 60 persen responden meminta CEO turun tangan ketika pemerintah dapat memperbaiki masalah sosial. Sementara 64 persen mendesak CEO bertanggung jawab bukan hanya kepada dewan direksi dan pemegang saham, melainkan kepada publik juga.

Guna memenuhi standar itu, Meta perlu dirombak habis-habisan dari intinya, menurut Younger. “Haugen menunjukkan bahwa jaring pengaman sosial Facebook sendiri sangat kurang,” katanya.

Terlebih, berdasar program Akselerator Kepemimpinan Sekolah Bisnis Stern, ada yang namanya kepemimpinan efektif dan etis yang harus memenuhi enam nilai inti, yakni kelincahan, pola pikir inovatif, pembelajaran berkelanjutan, orientasi tindakan, inklusivitas, dan kesadaran diri.

“Menurut saya, Zuckerberg tak memiliki dua poin terakhir,” kata Younger.

Inklusivitas adalah kemampuan menghargai pola pikir alternatif, merangkul segala komunitas. Sementara kesadaran diri berkaitan dengan nilai dan tujuan pribadi yang terus berkembang.

Related Topics