TECH

Wajah Baru Netflix Demi Jaga Posisi di Tengah Kompetisi

Netflix raih margin operasional tertinggi di 2023.

Wajah Baru Netflix Demi Jaga Posisi di Tengah KompetisiEfek Squid Game terhadap Netflix. (Pixabay/Tumisu)
30 January 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Saham Netflix Inc (NFLX) sudah menguat 22,90 persen secara year to date per 29 Januari 2024 waktu Amerika. Hal itu tak lepas dari kebangkitannya pada 2023.

Sebelumnya, walaupun Netflix mencatatkan jutaan pelanggan baru selama pandemi, kompetisi dengan platform Streaming lain telah menekan kinerja perusahaan.

Pada 2022 saja, margin operasional Netflix tertekan dari 21 persen (2021) menjadi 18 persen. Hal itu tak lepas dari membengkaknya beban utang menjadi lebih dari US$14 miliar. Jumlah pelanggan pun sempat menurun saat itu. 

Karena kondisi itu, Netflix pun menjalankan sejumlah strategi. Dari menindak praktik berbagi akun di antara para pengguna yang bukan keluarga, merilis paket yang harganya lebih terjangkau yang disertai iklan, mencari keuntungan dari pengiklan, hingga meningkatkan harga.

Hasilnya mulai terasa. Hanya dalam enam bulan, Netflix mencatat ada 5 juta pelanggan yang membeli paket yang disertai iklan. Laporan keuangan di kuartal IV bahkan menunjukkan, 40 persen pelanggan baru memilih paket tersebut.

Kendati demikian, taktik yang paling membuahkan hasil adalah pemotongan biaya. Hasilnya, pendapatan meningkat 6,6 persen pada 2023. Begitu pun laba bersih yang naik 20 persen. Margin operasional pun pulih.

Bahkan, menurut CFO Netflix, Spenxer Neumann, pada 2024 ini, margin itu akan mencapai 24 persen alias level tertinggi sepanjang Netflix beroperasi.

Persaingan ketat dengan platform lain

Hal itu berbanding terbalik dengan yang dialami oleh Disney+. Layanan streaming-nya masih membukukan kerugian operasional cukup besar. Menurut Activist Investor, Nelson Peltz, layanan streaming seperti Disney harus menargetkan margin di kisaran 15-20 persen, seperti Netflix.

"Itu mungkin dapat diraih dengan mengurangi pengeluaran konten dan melisensikan lebih banyak konten, dua langkah yang berdampak pada Netflix," katanya, sebagaimana dilansir dari Financial Times.

Kendati begitu, Netflix masih memiliki PR. Karena, jika dibandingkan dengan layanan streaming milik Google, Youtube, margin operasionalnya masih kalah. Youtube sendiri mencatatkan margin oeprasi sebesar 35 persen. Yang mana pendapatan utamanya datang dari iklan, sedangkan pendapatan langganan hanya bonus.

Untuk itu, ke depan, Netflix akan memprioritaskan skala dalam bisnis periklanannya. Dalam kata lain, Co-CEO Netflix, Greg Peters mengatakan, paket dengan iklan akan dibuat lebih menarik. "Kami pun akan mengubah paket dan struktur harga serta hal lain yang menurut kami sesuai," katanya, dilansir dari The Verge.

Salah satu langkah nyatanya adalah kesepakatan senilai US$5 miliar Netflix untuk acara WWE Monday Night Raw. Para pelanggan yang memilih paket tanpa iklan tentu bebas menyaksikan tayangan gulat itu.

Di sisi lain, pelanggan yang memilih paket dengan harga terjangkau (US$6,99 atau sekitar Rp109.206) akan sesekali melihat iklan selama tiga jam acara itu berlangsung. Yang, pada akhirnya, dapat menciptakan sumber pendapatan iklan baru bagi Netflix.

Pendiri dan Pimpinan Erickson Strategy & Insights, Paul Erickson mengatakan, konten WWE membidik demografi lebih muda sehingga memungkinkan Netflix menjangkau mayoritas audiens yang tak bisa diakuisisi hanya dengan harga yang lebih murah. Monday Night Raw sendiri memiliki audiens loyal tersendiri. Sehingga dapat menjadi aliran pendapatan setidaknya 10 tahun ke depan, sesuai kesepakatannya dengan pemilik lisensi. 

"Menurut saya, sama seperti industri lain, Netflix ingin meningkatkan keuntungannya," kata Erick.

Pada akhirnya, langkah-langkah yang Netflix ambil sejak 2022 telah menghadirkan 'wajah' baru bagi platform itu. Sebab, setelah bersaing bertahun-tahun demi memperebutkan pelanggan, kini waktunya bagi setiap platform untuk memastikan adanya profit dari layanannya. Hasilnya, tak hanya terjadi kenaikan harga, sejumlah platform pun memilih merger. Seperti yang terjadi pada Max, Disney+, dan Hulu.

"Netflix sangat menyadari fakta, mereka adalah salah satu dari sedikit platform streamingyang harus dimiliki oleh pengguna. Mereka harus mempertahankan predikat itu dalam menghadapi persaingan yang agresif," jelas Erickson lagi.

Related Topics