Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Apa Itu Quiet Quitting?

Ilustrasi Quiet Quitting - Unsplash/Daria Nepriakhina
Intinya sih...
  • Quiet quitting adalah kondisi di mana seorang karyawan hanya melakukan tugas-tugas yang secara eksplisit termasuk dalam deskripsi pekerjaannya, tanpa berusaha untuk melampaui ekspektasi atau berkontribusi lebih dari yang diharapkan.
  • Penyebab Quiet Quitting
    • Beban Kerja Berlebihan
    • Kurangnya Pengakuan dan Apresiasi
    • Keseimbangan Hidup dan Kerja
    • Dampak Quiet Quitting
      • Kesehatan Mental Lebih Baik
      • Menurunnya Produktivitas
      • Cara Mengatasi Quiet Quitting

Jakarta, FORTUNE - Dalam beberapa tahun terakhir, dunia kerja menghadapi perubahan signifikan, baik dari segi teknologi, budaya kerja, maupun ekspektasi karyawan terhadap pekerjaan mereka. Salah satu fenomena yang menarik perhatian adalah "quiet quitting" atau dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan sebagai "pengunduran diri diam-diam".

Meskipun istilah ini baru populer belakangan ini, esensinya sudah lama terjadi dalam lingkungan kerja.

Quiet quitting bukan berarti seseorang benar-benar berhenti dari pekerjaannya secara diam-diam, melainkan lebih kepada menolak untuk bekerja melebihi deskripsi pekerjaan yang telah ditetapkan.

Fenomena tersebut muncul sebagai respons terhadap budaya kerja yang terlalu menuntut, seperti ekspektasi untuk selalu bekerja lembur, siap sedia di luar jam kerja, atau berkontribusi lebih tanpa kompensasi yang setimpal.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini adalah serba-serbi terkait quiet quitting yang dapat Anda ketahui.

Pengertian Quiet Quitting

Quiet quitting adalah kondisi di mana seorang karyawan hanya melakukan tugas-tugas yang secara eksplisit termasuk dalam deskripsi pekerjaannya, tanpa berusaha untuk melampaui ekspektasi atau berkontribusi lebih dari yang diharapkan.

Fenomena ini sering kali disalahartikan sebagai kemalasan atau kurangnya dedikasi, padahal banyak pekerja yang mengadopsi pendekatan ini sebagai bentuk menjaga kesehatan mental dan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.

Dalam budaya kerja yang cenderung menuntut produktivitas tinggi, banyak pekerja merasa bahwa mereka harus bekerja lebih keras untuk membuktikan nilai mereka di tempat kerja.

Namun, semakin banyak orang yang mulai menyadari bahwa bekerja terlalu keras tanpa batasan dapat menyebabkan burnout atau kelelahan kronis. Oleh karena itu, quiet quitting menjadi solusi bagi sebagian individu yang ingin tetap bekerja tanpa mengorbankan kesejahteraan mereka.

Penyebab Quiet Quitting

1. Beban Kerja Berlebihan

Banyak karyawan merasa bahwa mereka diberikan tanggung jawab yang melebihi peran mereka tanpa kompensasi yang sepadan. Hal ini membuat mereka merasa tidak dihargai dan akhirnya memilih untuk hanya bekerja sesuai dengan kontrak kerja.

2. Kurangnya Pengakuan dan Apresiasi

Tidak semua perusahaan memberikan apresiasi yang cukup terhadap kerja keras karyawan. Ketika kontribusi mereka tidak dihargai, banyak yang merasa tidak ada gunanya bekerja lebih dari yang diharuskan.

3. Keseimbangan Hidup dan Kerja

Semakin banyak orang yang mulai menyadari pentingnya keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Mereka tidak ingin terus-menerus bekerja tanpa waktu untuk diri sendiri atau keluarga.

4. Burnout

Stres dan kelelahan akibat pekerjaan yang terlalu menuntut dapat menyebabkan seseorang mengalami burnout. Untuk menghindari hal ini, mereka memilih untuk tidak melakukan pekerjaan di luar tanggung jawab mereka.

5. Budaya Kerja yang Tidak Sehat

Perusahaan dengan budaya kerja yang menuntut karyawan untuk selalu tersedia atau bekerja di luar jam kerja akan lebih rentan terhadap fenomena quiet quitting. Pekerja yang merasa bahwa batasan antara kehidupan kerja dan pribadi tidak dihormati akan memilih untuk menarik diri secara pasif.

Dampak Quiet Quitting

1. Bagi Individu

  • Kesehatan Mental Lebih Baik

Dengan tidak bekerja melebihi batas yang telah ditetapkan, individu dapat mengurangi stres dan mencegah burnout.

  • Waktu untuk Kehidupan Pribadi

Quiet quitting memungkinkan seseorang untuk lebih fokus pada kehidupan pribadinya, seperti keluarga, hobi, dan kesehatan.

  • Kurangnya Motivasi dalam Karier

Di sisi lain, memilih untuk tidak berusaha lebih dalam pekerjaan juga bisa menyebabkan kurangnya perkembangan karier dan peluang promosi.

2. Bagi Perusahaan

  • Menurunnya Produktivitas

Jika banyak karyawan yang mengadopsi quiet quitting, maka produktivitas perusahaan bisa menurun karena tidak ada lagi yang bersedia melakukan pekerjaan tambahan.

  • Tingkat Retensi Karyawan yang Tidak Stabil

Jika banyak karyawan yang merasa tidak puas dengan lingkungan kerja mereka, maka mereka mungkin akan mencari peluang di tempat lain.

  • Meningkatnya Kebutuhan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Karyawan

Perusahaan yang ingin mencegah quiet quitting perlu lebih memperhatikan kesejahteraan karyawan, baik dari segi kompensasi, apresiasi, maupun keseimbangan kerja-hidup.

Cara Mengatasi Quiet Quitting

1. Bagi Karyawan

  • Komunikasikan dengan Atasan

Jika merasa terbebani, cobalah untuk mendiskusikan beban kerja dengan atasan agar dapat menemukan solusi yang lebih baik.

  • Tentukan Batasan yang Jelas

Pastikan untuk menjaga batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, seperti tidak membalas email kerja di luar jam kerja.

  • Cari Lingkungan Kerja yang Sehat

Jika perusahaan tempat bekerja tidak mendukung keseimbangan kerja-hidup, pertimbangkan untuk mencari tempat kerja lain yang lebih menghargai karyawan.

2. Bagi Perusahaan

  • Hargai dan Apresiasi Karyawan

Memberikan penghargaan atas kerja keras karyawan dapat meningkatkan motivasi mereka.

  • Sediakan Program Kesejahteraan Karyawan

Perusahaan dapat menawarkan program seperti cuti tambahan, fleksibilitas kerja, atau dukungan kesehatan mental.

  • Ciptakan Budaya Kerja yang Sehat

Budaya kerja yang sehat akan membuat karyawan merasa lebih nyaman dan terdorong untuk memberikan kontribusi lebih.

Quiet quitting bukanlah tren yang sepenuhnya negatif, melainkan refleksi dari bagaimana pekerja modern ingin menyeimbangkan kehidupan dan pekerjaan mereka. Dengan memahami penyebab dan dampaknya, baik karyawan maupun perusahaan dapat mengambil langkah yang lebih bijaksana untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif.

Jika perusahaan ingin mencegah fenomena quiet quitting, mereka perlu mulai memperhatikan kesejahteraan karyawan dan menciptakan budaya kerja yang lebih adil serta berkelanjutan.

Share
Topics
Editorial Team
Ekarina .
EditorEkarina .
Follow Us