BUSINESS

Bertahan dan Bertumbuh Lewat Transformasi BRIvolution 2.0

BRI harus waspada agar tidak masuk dalam tahap kemunduran.

Bertahan dan Bertumbuh Lewat Transformasi BRIvolution 2.0Dok. BRI
09 August 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Ledakan pandemi di Indonesia memberikan dampak perekonomian yang berbeda dibandingkan krisis-krisis ekonomi yang pernah terjadi sebelumnya. Pada 1998, Indonesia diterpa krisis multidimensi yang mempengaruhi pasar keuangan, ekonomi, sosial dan politik. Hal ini mengakibatkan rupiah melemah 540% dan banyak usaha korporasi melemah.

Mengutip rilis BRI pada Minggu, (18/7), Direktur Utama BRI, Sunarso, menjelaskan bahwa krisis ekonomi karena pandemi kali ini berbeda dengan yang terjadi pada 1998, 2008 atau 2013.

Krisis ekonomi 1998 dipicu nilai tukar di Korea Selatan, masuk ke Asia Tenggara, dan memukul Indonesia. Pada 2008, krisis terjadi di Amerika Utara dan Eropa yang dipicu kegagalan korporasi di Amerika Serikat untuk membayar kewajibannya. Hal itu berpengaruh terhadap suku bunga, besaran inflasi dan nilai tukar. 

Adapun krisis 2013 dipicu kegagalan di Eropa yang berpengaruh juga pada inflasi, nilai tukar, suku bunga, dan yang paling terdampak adalah korporasi. Pada 2020 krisis merata di seluruh dunia disebabkan pandemi. Non-performing loan (NPL) naik, terutama pada nasabah di segmen pelaku UMKM.

Hal ini dijelaskan Sunarso pada webinar CEO Talk bertema “Cracking The Transformation Secret”, pada Kamis, (15/07). Acara yang diselenggarakan oleh Indonesia Finance Learning Institute tersebut merupakan langkah kolaborasi learning center BUMN sektor keuangan di bawah binaan Kementerian BUMN.

Sunarso mengatakan pada 2016 pihaknya sudah merancang strategi untuk menjaga pertumbuhan perseroan melalui konsep besar BRIvolution 1.0. Program tersebut diuji coba pada 2017 dan telah dilaksanakan sejak 2018.

BRI menyadari bahwa pada saat ini rata-rata umur perusahaan kelas dunia (S&P 500) menurun tahun demi tahun. Bahkan, pada tahun 2025, rata-rata umur perusahaan diperkirakan hanya 12-15 tahun. Salah satu faktor utama pendorong perubahan yakni kecepatan perkembangan teknologi yang mengalahkan kecepatan perubahan individu manusia, organisasi bisnis, dan pemerintahan.

“Oleh karenanya semua perusahaan, termasuk BRI, harus waspada agar tidak masuk dalam tahap-tahap kemunduran. Strateginya yakni dengan melakukan transformasi,” ujar Sunarso.

Saat itu, berlandaskan BRIvolution 1.0, pihaknya ingin mencapai target bank paling bernilai di Asia Tenggara dan perusahaan dengan talenta terbaik. Namun, sejak awal 2020 pandemi Covid-19 mulai merebak di Indonesia. Tak ayal, krisis ekonomi yang dipicu masalah kesehatan itu memukul perekonomian.

“Itu [UMKM] yang dulu tidak kena krisis sekarang kena krisis. Maka kita harus me-review transformasi kita. BRIvolution 1.0 itu menjadi BRIvolution 2.0. Kami tetapkan mulai 2020,” kata Sunarso.

Hal tersebut mengubah kebijakan jangka pendek manajemen BRI yang kemudian menetapkan bisnis mengikuti stimulus. Sebabnya, kata Sunarso, ekonomi yang terpukul pandemi sangat mengandalkan stimulus dari Pemerintah. Di sisi lain, BRI terus memperkuat fundamental bisnis untuk tumbuh.

Fokus bank dengan jejaring terluas di Tanah Air tersebut akan dikembalikan pada khittah-nya di segmen UMKM, termasuk usaha Ultra Mikro (UMi). 

Related Topics