BUSINESS

Pupuk Indonesia Catat Kapasitas Produksi Amonia 7 Juta Ton

Potensi pengembangan amonia di Indonesia cukup besar.

Pupuk Indonesia Catat Kapasitas Produksi Amonia 7 Juta TonPabrik Pupuk Kujang, anak perusahaan Pupuk Indonesia. (dok. Pupuk indonesia)
05 April 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNEPupuk Indonesia mencatatkan kapasitas Produksi Amonia sebesar 7 juta ton pada tahun ini. Dengan capaian ini, perseroan mengeklaim dirinya sebagai produsen amonia terbesar di Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika Utara.

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, mengatakan bahwa kapasitas ini merupakan bagian dari total kapasitas produksi pupuk di perusahaan tersebut yang mencapai total 14 juta ton. “Pesaing terbesar kedua adalah Qatar Gas yang memproduksi 3 juta ton amonia dunia. Rangking PT Pupuk Indonesia itu enam besar,” katanya saat Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (3/4).

Selain amonia, Rahmad juga mengungkapkan Pupuk Indonesia hingga kini telah memiliki kapasitas produksi 9,4 juta ton Pupuk Urea dan 4,4 juta ton NPK (Nitrogen, Pospor, Kalium). Menurutnya, pupuk berbasis nitrogen, berkontribusi signifikan pada produktivitas produk pertanian hingga 56 persen.

Potensi pengembangan

Sebelumnya, Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Chrisnawan Anditya, mengatakan bahwa pengembangan hidrogen dan amonia rendah karbon di Indonesia bisa mendukung transisi energi dan dekarbonisasi sistem energi global.

"Hidrogen dan amonia rendah karbon berperan untuk sektor di indonesia yaitu pertama, sektor industri sebagai substitusi secara bertahap terhadap hidrogen tinggi karbon yang eksisting dan penurunan emisi untuk industri semen dan baja,” kata Chrisnawan dalam acara daring, Selasa (2/4).

Selain itu, kedua material tadi–yang diproduksi dari sumber energi baru terbarukan (EBT)–juga bisa mendukung sektor transportasi, sebagai bahan bakar kendaraan angkut jarak jauh, seperti truk atau kapal tanker. Sedangkan, dari sisi kelistrikan, pemerintah mempertimbangkan cofiring hidrogen atau amonia rendah karbon pada pembangkit berbahan fosil pada periode 2030-2050.

Manfaat terakhir, adalah di sektor komoditas, di mana hidrogen dan amonia berpotensi diperdagangkan di pasar regional dan internasional dengan pertimbangan posisi strategis Indonesia sebagai negara maritim. "Saat ini hidrogen (dan amonia) telah digunakan di Indonesia di sektor industri terutama sebagai bahan baku pupuk," kata Chrisnawan.

Related Topics