Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
For
You

DBS Ungkap Tren Investasi Saat Tingginya Volatilitas Ekonomi Global

Gedung DBS (Dok. Humas DBS)
Gedung DBS (Dok. Humas DBS)
Intinya sih...
  • Ekonomi global diprediksi masih volatil hingga akhir 2025
  • Obligasi & emas tetap menarik sebagai instrumen investasi
  • Rekomendasi untuk meningkatkan porsi aset riil, seperti infrastruktur privat dan emas
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE – Menjelang akhir tahun 2025, ekonomi global diprediksi masih dibayangi dengan volatilitas tinggi akibat dinamika dan arah kebijakan moneter yang tak menentu. Meski demikian, peluang investor untuk meraih keuntungan masih terbuka lebar dengan menerapkan strategi hingga memahami profil risiko.

Chief Investment Officer DBS Bank, Hou Wey Fook, memandang tren harga aset berisiko seperti saham teknologi, emas hingga aset kripto mengalami kenaikan yang luar biasa sepanjang 2025. 

“Tren kenaikan besar-besaran ini diperkirakan akan berlanjut seiring The Fed memulai pelonggaran kebijakan moneter, dengan pasar berjangka memperkirakan hampir lima kali penurunan suku bunga hingga akhir 2026,” kata Fook dalam DBS CIO Kuartal IV-2025, yang dikutip di Jakarta, Selasa (14/10).

Obligasi & emas tetap jadi instrumen investasi yang menarik

Inflasi Emas Logam Mulia
Inflasi Emas Logam Mulia

Dengan kondisi tersebut, DBS memandang instrumen investasi obligasi masih lebih disukai daripada saham. Meskipun saat ini investor menghadapi tantangan tarif, ekonomi AS, penjualan ritel AS yang kuat, dan pertumbuhan upah yang stabil. 

“Meskipun aliran dana ke reksa dana saham melambat, obligasi menarik aliran dana yang signifikan karena imbal hasil yang menarik dan sifatnya yang defensif, menjadikannya pilihan menarik untuk perlindungan portofolio selama periode pasar yang tidak pasti,” katanya.

Analisis kuantitatif juga menunjukkan bahwa portofolio campuran yang terdiri dari aset privat semi-likuid dan strategi hedge fund mampu memberikan kinerja lebih baik dibandingkan portofolio saham murni maupun portofolio tradisional 60/40 dalam jangka waktu 10 tahun. Temuan ini menegaskan semakin pentingnya peran aset alternatif dalam pengelolaan risiko investasi. 

“Kami merekomendasikan untuk meningkatkan porsi aset riil, seiring Amerika Serikat menjalankan kebijakan pelonggaran fiskal dan moneter secara bersamaan yang berpotensi meningkatkan risiko inflasi serta permintaan terhadap aset alternatif. Infrastruktur privat dan emas menjadi pilihan utama,” katanya.

Sementara itu, kenaikan harga emas yang telah menembus US$3.400 per ons mencerminkan kekhawatiran investor terhadap ketidakstabilan geopolitik, kredibilitas The Fed, dan tren dedolarisasi. “Kami memperkirakan harga emas dapat mencapai USD 4.450 per ons pada paruh pertama 2026,” pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pingit Aria
EditorPingit Aria
Follow Us

Latest in Business

See More

DBS Ungkap Tren Investasi Saat Tingginya Volatilitas Ekonomi Global

14 Okt 2025, 10:17 WIBBusiness