BUSINESS

Properti Jabodetabek Masih Menarik Walau Ibu Kota Pindah ke Kaltim

Pemerintah berencana memindahkan ibu kota ke Kalimantan.

Properti Jabodetabek Masih Menarik Walau Ibu Kota Pindah ke KaltimIlustrasi properti. (ShutterStock_sommart sombutwanitkul)
by
27 January 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Head of Research Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia Yunus Karim menyatakan sektor properti di kawasan Jabodetabek akan tetap bertahan walaupun Ibu Kota Negara (IKN) dipindahkan dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur. Rencana pemindahan yang dilakukan secara bertahap dan dalam jangka panjang takkan menurunkan minat pasar terhadap kepemilikan hunian di Jabodetabek.

"Karena dilihat juga dari visi pemerintahan yang tetap menjadikan Jakarta sebagai pusat bisnis dan komersial untuk Indonesia, dan pusat pemerintahan nanti berada di IKN Nusantara," katanya saat diskusi daring, Rabu (26/1).

Menurut Yunus, keberadaan IKN yang baru disahkan oleh DPR memiliki prospek sangat panjang. Sedangkan wilayah Jabodetabek nanti pun masih menjadi pusat komersial. Sehingga, kata dia, wilayah ini tetap menjadi pasar utama properti, walaupun statusnya tidak berdekatan dengan ibu kota lagi.

“Alasannya, wilayah Jakarta dan sekitarnya masih menjadi pusat ekonomi, yang berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional," ujarnya.

Jakarta masih jadi magnet

Sementara itu, Head of Advisory JLL Indonesia, Vivin Harsanto, mengatakan jika pusat bisnis masih berada di Jakarta, maka kota-kota satelit di sekitar Jakarta akan tetap membutuhkan atau menyediakan area dan hunian bagi pekerja yang beraktivitas di pusat bisnis Jakarta. “Kita melihat properti di kawasan Jabodetabek akan tetap bertahan," katanya.

Vivin melihat untuk prospek properti di kawasan IKN dan sekitarnya, dengan adanya IKN tentunya sudah ada captive market dari pemerintahan yang bakal pindah ke sana. Sebab, dalam pembangunannya akan diawali dengan kantor-kantor pemerintahan, kemudian juga kebutuhan untuk keluarganya, serta fasilitas penunjang lainnya.

"Ini lambat laun tergantung bagaimana cepatnya atau proses pemindahan IKN itu terjadi, sehingga kalau memang captive market tersebut dari sisi komersial atau perkantoran sudah ada mungkin juga akan ada turunan-turunan dari sektor tersebut," ujarnya.

Indonesia harus belajar dari negara lain

Berkaca dari Amerika Serikat dan Malaysia yang mempunyai pusat bisnis dan ibu kota di lokasi berbeda, kata Vivi, memang yang direncanakan Indonesia telah sesuai. Namun yang menjadi catatan adalah bagaimana pemindahan ibu kota ini sukses dan dapat menghidupkan Jakarta dan Nusantara.

Jangan sampai proyek besar ini gagal, dan IKN jadi kota mati, seperti yang dilakukan Myanmar yang memindahkan ibu kotanya dari Yangon ke Nay Pyi Taw. "Kita harus melihat lesson learned dari kota itu masih bisa berjalan dan tetap hidup keduanya," tuturnya.

Related Topics