Frans Kesuma UNTR dan Prinsip Win-Win Solution

Jakarta, FORTUNE - Pada lapis permukaan, Frans Xaverius Laksana Kesuma tampak pas sebagai pemuka gereja atau ahli teologi. Parasnya—dengan warna rambut serupa cecabang pinus dalam balutan salju Desember—memacakkan ketenangan seorang pencari jalan spiritual.
Lebih ke kedalaman, dia terampil memainkan senar gitar. “Beliau dapat memainkan gitar klasik maupun elektrik, dengan genre musik yang pernah saya tahu didengarkan beliau adalah jazz, classic rock, folk, pop akustik”—dan bahkan progressive rock, tulis Sara Kirsti Loebis, Sekretaris Perusahaan PT United Tractors Tbk., dalam surat elektronik kepada Fortune Indonesia. Di antara grup favorit Frans adalah Electric Light Orchestra, yang kesohor dengan tembang Mr. Blue Sky, serta The Alan Parsons Project dengan nomor Eye in the Sky dan Time.
Pun demikian, Frans Kesuma—begitu arek Suroboyo kelahiran 1962 itu dikenal—tentu bukan sebatas pemetik gitar atau pemanjat tebing. Ia pasti unggul sebagai pemimpin karena menjadi nakhoda salah satu kontraktor penambangan terbesar dunia, atau distributor peralatan berat terkemuka di Indonesia. Apalagi, dia telah menjadi Presiden Direktur PT Pamapersada Nusantara (PAMA) sejak 2013 dan Presiden Direktur PT United Tractors Tbk. sejak 2019.
Kebetulan, ketika posisi puncak itu dia tempati, industri yang menaungi perseroan sedang menghadapi—atau bahkan menyongsong—krisis. Sungguh suatu momentum prima untuk menguji mutu kepemimpinan. Apalagi kegentingan yang berlaku sekarang menurutnya lebih istimewa. Berbeda dari, misalnya, ketika terjadi penurunan harga batu bara pada 2013–2016.