BUSINESS

Amerika Serikat Hadapi Badai PHK di Tengah Ancaman Resesi

PHK terjadi di sektor yang rentan atas kenaikan suku bunga.

Amerika Serikat Hadapi Badai PHK di Tengah Ancaman ResesiWarga memakai payung sambil menyebrangi jalan di New York, Amerika Serikat, Selasa (26/10/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Caitlin Ochs/aww/cfo
27 June 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Amerika Serikat menghadapi PHK massal di tengah ancaman resesi yang menghantuinya. Situs web daftar pekerjaan teknologi, TrueUp, mencatat sejumlah perusahaan telah mengumumkan puluhan ribu PHK dan berencana untuk membekukan perekrutan dalam beberapa pekan terakhir.

Setidaknya ada 37 ribu pekerja yang sebagian besar berasal dari perusahaan teknologi, aset kripto, dan real estat terdampak pemutusan hubungan kerja sejak Mei.

JPMorgan Chase & Co, perusahaan investasi, bank dan layanan keuangan pun tak kebal atas kondisi tersebut. Mereka telah mengurangi jumlah karyawan saat pasar perumahan "mendingin" akibat kombinasi antara melambatnya permintaan konsumen, inflasi tinggi, dan kenaikan suku bunga Federal Reserve (Fed). Ada pula Century Aluminium Co, produsen aluminium terbesar kedua di negara itu, yang telah memberhentikan 600 pekerja.

Sialnya, sejumlah data perekonomian memberi sinyal bahwa PHK massal tersebut masih akan terus berlangsung di masa mendatang. Jam lembur manufaktur telah menurun selama tiga bulan berturut-turut dan menjadi penurunan terpanjang sejak 2015. Kemudian, rata-rata klaim tunjangan pengangguran dalam sebulan terakhir telah meningkat ke level tertinggi sejak Januari lalu.

Demikian pula dengan pertumbuhan upah di seluruh negeri yang terpantau mulai melandai. “Pekerja pasti kehilangan sebagian dari daya tawar mereka,” kata Bob Schwartz, ekonom senior di Oxford Economics. "Kami berada di titik kritis dan apa yang dilakukan The Fed akan mempercepat prosesnya."

Seberapa Cepat PHK

Kini pertanyaan yang meresahkan bagi para ekonom bukan lagi mengenai apakah pasar tenaga kerja akan melambat, melainkan seberapa cepat pengurangan karyawan tersebut bakal melanda di AS.

Sebab, alarm resesi telah berbunyi sejak Fed menaikkan suku bunga acuan dalam upaya menekan inflasi. Pada pertemuan tempo hari, bank sentral AS tersebut telah mengerek suku bunga 75 basis poin—terbesar sejak 1994—dan gubernurnya, Jerome Powell, mengincar setidaknya kenaikan 50 basis poin lagi pada pertemuan berikutnya.

Powell sendiri mengakui minggu ini bahwa resesi tidak dapat dihindarkan. Namun, sebagian besar pemecatan masih terbatas pada industri yang sensitif terhadap suku bunga seperti real estat.

Selama pandemi, tingkat suku bunga rendah dan triliunan dolar stimulus fiskal mendorong penjualan rumah ke level tertinggi dalam lebih dari satu dekade terakhir. Kini, tingkat hipotek telah melonjak ke level tertinggi sejak 2008, menghalangi calon pembeli sehingga para kreditur dan agen tiba-tiba menyadari bahwa mereka tidak membutuhkan semua karyawan itu.

Perusahaan teknologi juga bersaing dengan biaya pinjaman yang lebih tinggi. Banyak perusahaan yang telah melakukan PHK menyatakan mempekerjakan terlalu banyak karyawan selama pandemi untuk memenuhi masuknya permintaan yang melonjak tiba-tiba ketika ekonomi mulai dibuka kembali.

Terbukti, perusahaan aset kripto seperti Coinbase Global Inc, yang memangkas lebih dari 1.000 staf, telah terpukul oleh kekalahan parah bulan ini menyusul pertumbuhan eksplosif tahun lalu.

Data ketenagakerjaan terbaru terpantau sedikit menurun dalam beberapa minggu terakhir. Meski tetap 54 persen lebih tinggi dari masa sebelum pandemi, namun sejumlah indikator menunjukkan angkanya cenderung tertinggal. Misalnya lowongan pekerjaan yang dilacak oleh pemerintah pada bulan April turun paling banyak sejak pandemi pertama kali melanda Amerika Serikat.

Sayangnya, data untuk periode Mei dan seterusnya baru akan dirilis pada Juli mendatang. “Pasar tenaga kerja saat ini kuat – tetapi memburuk dan akan memburuk dengan cukup cepat,” kata Troy Ludtka, ekonom senior AS di Natixis North America LLC seperti dikutip Bloomberg.

Ludtka memperkirakan tingkat pengangguran akan mencapai setidaknya 5 persen pada awal 2023. 

Related Topics