Pertamina Butuh US$47 Miliar untuk Dongkrak Produksi Gas Nasional

- Pertamina Hulu Energi (PHE) butuh US$47 miliar untuk tingkatkan produksi minyak dan gas bumi.
- Dana akan dialokasikan untuk program-program strategis.
- PHE juga menjalankan program kerja di sisi pengembangan lapangan dan penerapan teknologi EOR.
Jakarta, FORTUNE - PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menyiapkan langkah agresif menopang ketahanan energi nasional. Dalam lima tahun ke depan, subholding hulu Pertamina ini membutuhkan investasi US$47 miliar guna mendorong peningkatan produksi minyak dan, terutama, gas bumi.
Direktur Perencanaan Strategis, Portofolio, dan Komersial PHE, Edy Karyanto, menyatakan kebutuhan dana tersebut akan dialokasikan untuk berbagai program strategis. Di antaranya adalah eksplorasi migas, penerapan chemical enhanced oil recovery (CEOR), pengembangan migas nonkonvensional (MNK), dan akuisisi wilayah kerja baru.
“Walaupun angka ini masih cukup kasar, ini merupakan perkiraan kebutuhan pendanaan PHE untuk lima tahun ke depan,” kata Edy dalam acara bertajuk Menakar Arah Industri Gas Bumi Nasional yang disiarkan secara daring, Selasa (23/12).
Peningkatan produksi migas—dengan gas sebagai salah satu fokus utama—akan ditempuh melalui kombinasi strategi eksplorasi, pengembangan lapangan, pemanfaatan teknologi lanjutan, serta aksi korporasi berupa merger dan akuisisi (M&A).
Langkah ini dinilai penting di tengah kebutuhan gas domestik yang terus meningkat, baik untuk industri, pembangkit listrik, maupun agenda transisi energi.
Dalam strategi eksplorasi, PHE menyiapkan tiga program utama.
Pertama, pengembangan near field prospect yang dikombinasikan secara bertahap dengan eksplorasi frontier di wilayah baru.
Kedua, pengeboran sumur-sumur baru.
Ketiga, pengembangan wilayah kerja eksplorasi yang telah ada agar dapat segera masuk tahap produksi.
Sementara itu, pada sisi pengembangan lapangan dan penerapan teknologi enhanced oil recovery (EOR), PHE juga menjalankan tiga program kerja.
Program tersebut mencakup pengeboran pengembangan, perbaikan, serta optimalisasi sumur lama untuk memulihkan dan meningkatkan produksi, termasuk penerapan steamflood dan CEOR.
Selain itu, PHE juga menargetkan pengembangan lapangan migas baru yang sebelumnya belum berproduksi secara komersial.
“Di atas semua itu, kami juga melakukan major acquisition, mengakuisisi lahan-lahan baru yang berada di luar cadangan reserve dan open resources yang saat ini kami miliki,” kata Edy.
Saat ini, kontribusi PHE terhadap produksi migas nasional tergolong dominan.
Hingga kuartal III-2025, produksi migasnya mencapai 1,03 juta barel setara minyak per hari (MMboepd).
Angka tersebut terdiri atas produksi minyak 553.000 barel per hari (bopd) dan produksi gas 2,83 miliar standar kaki kubik per hari (Bscfd).
Dalam hemat Edy, peran PHE sangat signifikan dalam menopang pasokan energi nasional.
Ia mengklaim kontribusi PHE mencapai 69 persen produksi minyak nasional dan sekitar 37 persen produksi gas nasional.
“Layak bagi kami untuk terus berinvestasi dan menanamkan dana, sejalan dengan Asta Cita pemerintah untuk mewujudkan swasembada energi,” ujarnya.
Dari sisi aktivitas operasional, PHE juga menunjukkan kinerja solid.
Hingga kuartal III-2025, perusahaan telah merealisasikan pengeboran eksploitasi 661 sumur, kegiatan workover 969 sumur, serta well service pada 28.507 sumur.
Selain itu, PHE melakukan survei seismik 2D sepanjang 109 kilometer, survei seismik 3D seluas 652 kilometer persegi, serta pengeboran eksplorasi 15 sumur.
















