BUSINESS

Berkah 'Upgrade' Kilang, Pertamina Bisa Hemat Rp6 Triliun

Pertamina investasi upgrade kilang empat tahun terakhir.

Berkah 'Upgrade' Kilang, Pertamina Bisa Hemat Rp6 TriliunDirektur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati. (dok. Pertamina)
30 August 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - PT Pertamina (Persero) menghemat biaya operasional sekitar Rp6 triliun di tengah kenaikan biaya produksi BBM akibat melonjaknya harga minyak mentah. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, capaian ini tak lepas dari investasi perseroan dalam upgrading kilang minyaknya dalam empat tahun terakhir. 

Sebagai informasi, selama ini porsi terbesar dalam produksi BBM adalah biaya pembelian minyak mentah, yang mencapai 92 persen dari Biaya Pokok Produksi. Sebelum kilang-kilang perseroan ditingkatkan kualitasnya, mereka hanya mampu memproses minyak mentah tertentu saja yang harganya mahal untuk menjadi BBM.

Dengan melakukan upgrading Kilang, Pertamina dapat memiliki fleksibilitas lebih tinggi dalam mencari bahan baku minyak mentah. Sebab, mulai tahun lalu kilang perseroan sudah mampu memproses minyak mentah dengan sulfur content lebih tinggi yang sumbernya banyak dan harganya lebih murah. 

Inilah langkah strategis Pertamina yang telah berhasil secara signifikan menurunkan biaya produksi BBM. "Kami memahami beratnya beban subsidi Pemerintah, untuk itu Pertamina melakukan berbagai program penghematan biaya dalam rangka membantu menurunkan beban subsidi Pemerintah," tutur Nicke dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (30/8). 

Menurutnya, hingga saat ini perusahaan energi dihadapkan pada situasi yang berat di tengah disrupsi mata rantai pasokan energi global sebagai dampak konflik Rusia dan Ukraina. 

Hal tersebut menyebabkan mobilitas perdagangan global yang menuju pemulihan pasca pandemi tersentak dengan keterbatasan pasokan yang berujung krisis energi.

Kebijakan Pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat melalui subsidi BBM merupakan langkah yang tepat, sehingga berhasil mempercepat pemulihan ekonomi. Ini salah satunya tercermin dari peningkatan konsumsi BBM untuk mobilitas masyarakat serta aktivitas usaha. Namun di sisi lain, peningkatan konsumsi BBM tersebut menyebabkan kenaikan beban subsidi Pemerintah.  

Efisiensi hulu ke hilir

Karena itu lah, sejak awal tahun Pertamina juga melakukan efisiensi energi di seluruh area operasional dari hulu ke hilir yang turut memberikan penghematan biaya dan memberikan kontribusi pada penurunan emisi karbon.

“Terobosan pasca restrukturisasi yang juga signifikan untuk mencapai efisiensi Pertamina Group adalah sentralisasi pengadaan barang dan jasa, serta integrasi dan optimalisasi seluruh aset dari hulu ke hilir,” ujarnya.

Tidak hanya menghemat biaya, bahkan Pertamina Group juga berhasil meningkatkan pendapatan dengan melakukan ekspor produk-produk bernilai tambah tinggi, seperti HVO (D100 berbasis kelapa sawit) dan Low Sulfur Fuel Oil. Demand dunia terhadap produk-produk low carbon terus meningkat. 

 Dengan upgrading Kilang yang telah dilakukan, saat ini Pertamina mampu menghasilkan produk-produk tersebut, sehingga berhasil menangkap peluang yang sangat prospektif ini.

Hemat Nicke, penghematan biaya bukan sekedar cutting cost, tapi juga mengubah operating model serta memperbaiki bisnis proses, sehingga seluruh program tetap terlaksana dan seluruh target pun tercapai biaya yang lebih rendah. 

"Pertamina akan terus melakukan berbagai upaya penghematan biaya, yang sekaligus mampu menurunkan emisi karbon, sehingga mendukung transisi energi Pertamina dan Indonesia" pungkas Nicke.

Related Topics