H&M Diam-Diam Bergerak Keluar dari Bursa, Ada Apa?

Jakarta, FORTUNE - Raksasa fast fashion asal Swedia, Hennes & Mauritz AB (H&M), tengah menjadi sorotan setelah langkah sistematis keluarga pendirinya meningkatkan kepemilikan saham secara signifikan. Perusahaan yang telah tercatat di Bursa Saham Stockholm sejak 1974 itu perlahan disebut-sebut tengah bergerak menuju status privat.
Keluarga Persson, melalui perusahaan induk Ramsbury Invest, telah menggelontorkan lebih dari 63 miliar krona Swedia (sekitar US$6,6 miliar) sejak 2016 untuk membeli saham H&M. Hasilnya, mereka kini menguasai hampir dua pertiga saham perusahaan. Langkah tersebut memicu spekulasi bahwa H&M akan keluar dari bursa saham, meskipun anggota keluarga telah membantah rencana tersebut.
Sebagai salah satu keluarga terkaya di Swedia, klan Persson jarang mengungkapkan rencana bisnis mereka secara terbuka, selain menyatakan bahwa mereka “percaya” pada H&M—perusahaan yang didirikan oleh Erling Persson pada 1947. Saat ini, keluarga tersebut berada dalam jarak yang sangat dekat dengan kendali penuh atas H&M, yang pangsa pasarnya terus tergerus oleh rival seperti Zara dan pemain baru ultra-fast fashion seperti Shein.
“Isu ini sudah lama dibicarakan, dan hanya sedikit yang meragukan bahwa arahnya memang ke sana,” ujar Sverre Linton, Kepala Hukum dan juru bicara Asosiasi Pemegang Saham Swedia yang mewakili investor ritel, mengutip The Economic Times, Senin (9/6). Ia menilai bahwa jika tidak ada niat mengambil alih penuh, keluarga seharusnya menyampaikan hal itu dengan lebih jelas dan menghentikan pembelian saham.
Dalam sembilan tahun terakhir, Ramsbury telah meningkatkan kepemilikannya dari 35,5 persen menjadi hampir 64 persen. Jika dihitung bersama dengan kepemilikan keluarga besar Persson, mereka kini menguasai sekitar 70 persen modal dan 85 persen hak suara, berdasarkan data di situs resmi H&M.
Namun, dalam wawancara dengan Bloomberg tahun lalu, Ketua H&M Karl-Johan Persson—cucu dari pendiri perusahaan—membantah adanya rencana privatisasi. “Tidak ada rencana,” katanya. “Kami membeli saham karena kami percaya pada perusahaan ini," ujarnya, menambahkan.
Beberapa analis melihat tren pembelian saham keluarga Persson sebagai lebih dari sekadar bentuk kepercayaan terhadap perusahaan. Niklas Ekman dari DNB Carnegie, dalam catatan untuk klien bulan lalu, memperkirakan bahwa jika keluarga terus membeli saham dengan kecepatan saat ini, proses pembelian penuh dan privatisasi bisa terjadi dalam dua tahun ke depan. Bila kepemilikan mereka mencapai 90 persen, keluarga Persson memiliki opsi untuk mengajukan penghapusan pencatatan saham (delisting) dari bursa. Hingga kini, pihak Ramsbury Invest dan H&M tidak memberikan komentar lebih lanjut.