Jakarta, FORTUNE – Saudi Aramco mengumumkan labanya tahun lalu mencapai US$110 miliar atau setara Rp1.573 triliun, jauh dari capaian sebelumnya yang US$49 miliar.
Menurut Presiden dan Chief Executive Officer (CEO) Aramco, Amin H. Nasser, hasil tersebut merupakan cermin disiplin keuangan, fleksibiltas kondisi pasar yang berkembang, serta strategi berfokus pada strategi pertumbuhan jangka panjang.
“Rencana investasi kami bertujuan untuk memanfaatkan permintaan jangka panjang yang meningkat akan energi yang andal, terjangkau, dan semakin aman serta berkelanjutan,” kata Amin dalam rilis kepada media, seperti dikutip pada Selasa (22/3).
Tahun lalu kinerja harga minyak memang kinclong. Data Trading Economics pada Desember 2021 menunjukkan harga minyak versi West Texas Intermediate mencapai US$75,21 per barel atau naik 55,0 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Sedangkan, harga minyak versi Brent pada periode sama tumbuh 50,2 persen menjadi US$77,78 per barel.
Menurut Amin, perseroan memiliki sejumlah strategi dalam menjaga pertumbuhan ke depan. Di hulu, misalnya, Saudi Aramco akan meningkatkan produksi minyak mentah Maximum Sustainable Capacity (MSC) menjadi 13 juta barel per hari (mmbpd) pada 2027.
Perusahaan pun menargetkan investasi dalam energi terbarukan dan solusi berbasis lingkungan. Sebab, Saudi Aramco berambisi untuk mencapai emisi gas rumah kaca Lingkup 1 dan Lingkup 2 nol bersih di seluruh aset yang dioperasikan sepenuhnya pada 2050.