Jakarta, FORTUNE — Kargo Technologies hari ini memperkenalkan logo baru serta meluncurkan program kemitraan logistik berbasis kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV). Langkah ini merupakan strategi memperkuat komitmen dalam menghadirkan armada EV terbesar di Asia Tenggara. Perusahaan menargetkan pengoperasian lebih dari 500 EV pada 2025, kemudian naik menjadi 2,500 EV pada 2026, Target ini menjadi bagian dari visi jangka panjang perusahaan untuk melakukan elektrifikasi penuh terhadap seluruh kendaraan operasional logistik pada 2035.
Inisiatif baru ini tidak hanya ditujukan untuk mempercepat transisi menuju rantai pasok hijau di Indonesia, tetapi juga untuk membangun fondasi “Electrified Silk Road” — sebuah jaringan logistik berbasis kecerdasan buatan yang menghubungkan Asia Tenggara, Tiongkok, dan Timur Tengah.
Program elektrifikasi yang dijalankan Kargo mencerminkan ambisi perusahaan yang didirikan pada 2018 ini untuk berada di garis depan dalam penggunaan truk listrik, sekaligus memodernisasi tulang punggung transportasi yang selama ini menjadi penopang utama perdagangan domestik maupun lintas batas.
“Kendaraan listrik memungkinkan kita melihat logistik bukan sekadar aktivitas pemindahan barang, tetapi sebagai sebuah sistem terintegrasi yang dapat dianalisis, diukur, dan terus ditingkatkan,” ujar Tiger Fang, CEO dan Founder Kargo Technologies di Jakarta (2/12).
Kargo tengah bekerja sama dengan sejumlah pelanggan besar — termasuk SPX, Astro, Teleport, dan Modena— untuk mulai mengalihkan sebagian jaringan logistik mereka ke armada listrik. Para pengguna awal ini mulai mengintegrasikan rute-rute tertentu dengan armada elektrik Kargo untuk mensinergikan pertumbuhan komersial dengan target dekarbonisasi.
Seiring ekspansi armada, transisi ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja emisi, menekan biaya operasional, dan memperkuat keandalan pengiriman. Visi jangka panjang Kargo adalah membangun “Electrified Silk Road” — sebuah jaringan logistik asset-light berbasis AI yang menghubungkan produk dari pabrik hingga konsumen Asia Tenggara, Timur Tengah, dan nantinya negara-negara Global South. Dengan melakukan elektrifikasi pada armada dan menanamkan kecerdasan di setiap pengiriman. Kargo bertujuan menciptakan jalur perdagangan yang lebih bersih, lebih cepat, dan lebih transparan, melampaui model logistik tradisional berbasis solar dan sistem offline.
Acara peluncuran di Jakarta dihadiri lebih dari 150 pemangku kepentingan, termasuk pembuat kebijakan, produsen EV, lembaga pembiayaan, dan rekan media – menegaskan meningkatnya perhatian baik dari sektor publik maupun privat terhadap transisi logistik hijau Indonesia.
Langkah ini sekaligus membuka fase baru dalam strategi Kargo untuk merespons meningkatnya kebutuhan akan layanan logistik yang lebih bersih, efisien, dan terintegrasi secara digital. Dorongan menuju penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan, sebagaimana tercantum dalam Permen ESDM No. 10/2025 dan Perpres No. 112/2022, turut memperkuat urgensi adopsi moda transportasi rendah emisi di Indonesia.
“Pemerintah telah menyusun arah yang jelas untuk transisi energi, tetapi sektor privat lah yang harus menerjemahkannya menjadi proyek nyata, armada nyata, dan lapangan kerja nyata,” kata Anindya Bakrie, Ketua Umum KADIN Indonesia. “Ekosistem logistik EV Indonesia — dari manufaktur, lembaga pembiayaan, hingga platform digital — menunjukkan bagaimana perusahaan kita dapar memimpin logistik hijau sambil menciptakan ribuan lapangan kerja berkualitas di sepanjang value chain.”
Sementara itu, Duta Besar RI untuk Republik Rakyat Tiongkok, Djauhari Oratmangun melihat gelombang baru investasi Tiongkok ke Indonesia, tidak hanya di sektor tradisional tetapi juga di manufaktur EV, baterai, dan logistik digital. “Kolaborasi ini mendukung transisi energi Indonesia, menciptakan lapangan kerja berkualitas, dan memposisikan negara kita sebagai mitra kunci dalam membangun jalur perdagangan yang lebih bersih dan efisien antara Tiongkok dan Asia Tenggara,” katanya.
