Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Laba Pertamina US$1,59 Miliar di Tengah Tekanan Harga Minyak

WhatsApp Image 2025-09-11 at 20.09.38.jpeg
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri bersama seluruh jajaran direksi Holding dan Subholding Pertamina, pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, di Jakarta, Kamis (11/9). (Dok. Pertamina)
Intinya sih...
  • Pertamina mencatat pendapatan Rp627 triliun hingga Juli 2025, meski harga minyak dunia turun.
  • Laba bersih setelah pajak naik 6 persen menjadi Rp26,28 triliun, dengan produksi migas di atas 1 juta BOEPD.
  • Pertamina menjalankan program strategis termasuk produksi Sustainable Aviation Fuel.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - PT Pertamina (Persero) menunjukkan kinerja keuangan yang tangguh sepanjang tahun berjalan. Hingga Juli 2025, BUMN energi ini berhasil membukukan laba bersih setelah pajak sebesar US$1,597 miliar atau setara Rp26,28 triliun.

Capaian tersebut tercatat naik 6 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$1,501 miliar (Rp24,70 triliun). Pertumbuhan laba ini menjadi sinyal positif di tengah tantangan eksternal yang menekan industri migas global.

Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius, mengungkapkan bahwa kinerja positif ini diraih meskipun harga minyak mentah, solar, dan kurs dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan signifikan dibandingkan dengan tahun lalu. Hingga Juli 2025, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar US$40,9 miliar atau sekitar Rp672 triliun.

"Pertamina mampu mempertahankan kinerja keuangan dan operasional yang andal melalui berbagai upaya dan respon strategis," kata Simon dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (11/9).

Kinerja keuangan ini didukung oleh pilar operasional solid. Simon menegaskan Pertamina berhasil menjaga tingkat produksi migas di atas 1 juta barel setara minyak per hari (BOEPD). Selain itu, perseroan juga sukses menemukan cadangan migas baru sebesar 724 juta barel setara minyak (MMBOE) di wilayah kerja Rokan.

“Penemuan ini menjadi bukti komitmen Pertamina dalam memperkuat ketahanan energi nasional secara berkelanjutan,” ujarnya.

Di samping menjaga kinerja inti, Pertamina juga agresif menjalankan program strategis pada bidang energi baru dan terbarukan. Salah satu terobosannya adalah memproduksi bahan bakar penerbangan ramah lingkungan (Sustainable Aviation Fuel/SAF) pertama di Asia Tenggara dengan kapasitas 9.000 barel per hari. Produk ini diolah menggunakan teknologi co-processing antara kerosin dan minyak jelantah (used cooking oil/UCO).

“Ekosistem bisnis UCO SAF bukan hanya mendukung swasembada energi nasional, tetapi juga mendorong perekonomian mikro dan ekonomi sirkuler,” kata Simon.

Inisiatif strategis lainnya mencakup pengoperasian PLTP Lumut Balai berkapasitas 800 GWh, revitalisasi tangki Arun berkapasitas 127.200 m³ yang ditargetkan selesai pada akhir 2025, hingga ekspansi melalui proyek Palawan di Filipina dengan kapasitas 285 MW.

Pada sektor hilir, Pertamina terus memperluas jangkauan produk ramah lingkungan dengan meluncurkan Pertamax Green 95 di 160 gerai. Total volume penjualan produk ini telah mencapai 4,83 ribu kiloliter hingga Juli 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us

Latest in Business

See More

Profil dan Kekayaan Adiguna Sutowo, Mertua Dian Sastro

12 Sep 2025, 09:50 WIBBusiness