Investasi US$3 Juta, Pertamina Bangun Pilot Plant Green Hydrogen

- Pertamina dan Pertamina Geothermal Energy Tbk investasi US$3 juta untuk bangun Pilot Plant Green Hydrogen di Ulubelu, Lampung.
- Green hydrogen adalah energi ramah lingkungan yang rendah emisi, diproyeksikan menjadi fondasi regulasi, standar, sekaligus model bisnis hidrogen di Indonesia.
- Hidrogen hijau akan dimanfaatkan untuk uji pasar biaya, efisiensi teknologi, hingga model bisnis ke sektor transportasi dan industri.
Jakarta, FORTUNE - PT Pertamina (Persero) dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan Pilot Plant Green Hydrogen pada Selasa (9/9) di Ulubelu, Lampung dengan investasi sekitar US$3 juta. Proyek yang ditargetkan beroperasi pada 2026 ini diproyeksikan menjadi fondasi regulasi, standar, sekaligus model bisnis hidrogen di Indonesia.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengatakan, green hydrogen adalah salah satu energi ramah lingkungan yang rendah emisi. Kehadirannya pun diyakini bakal mengubah arah dalam transisi energi global karena sifatnya yang fleksibel serta berpotensi menjadi komoditas ekspor di masa depan.
"Cepat atau lambat energi terbarukan perlahan mendisrupsi energi fosil di masa mendatang yang menjadi core business Pertamina saat ini," jelas Yuliot, dikutip melalui keterangan resmi, Rabu (10/9).
Pengembangan Green Hydrogen akan menambah daftar energi hijau namun berpotensi saling mempengaruhi satu sama lain. Sehingga dengan semakin banyak alternatif pilihan, masyarakat tentu akan membandingkan mana yang lebih efektif dan lebih efisien.
"Pilihan energi terbarukan yang lebih bervariatif akan memberikan keuntungan bagi konsumen dalam memilih kebutuhan sumber energi yang jauh lebih berkualitas namun tidak berdampak negatif terhadap lingkungan,” katanya.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri menambahkan, proyek tersebut mengintegrasikan panas bumi dari empat unit PLTP Ulubelu berkapasitas 220 MW dengan teknologi AEM electrolyzer.
Hidrogen hijau yang dihasilkan akan dimanfaatkan untuk uji pasar, mulai dari biaya, efisiensi teknologi, hingga model bisnis, termasuk ke sektor transportasi dan industri.
"Proyek ini juga menjadi fondasi regulasi, standar, dan model bisnis hidrogen di Indonesia, dan menjadi ekosistem energi baru yang bisa direplikasi di wilayah lain," ujar Simon dikutip dari keterangan resmi, Rabu (10/9).
Lokasi Ulubelu dipilih karena infrastruktur panas bumi yang sudah mapan, pasokan listrik bersih yang stabil, ketersediaan cooling tower untuk kondensat, serta posisi yang dekat dengan jalur distribusi Sumatera-Jawa membuat lokasi ini cocok untuk menguji integrasi hidrogen ke jaringan energi dan pasar industri.