BUSINESS

Budiarto Halim: Membawa Erajaya Adaptif dan Transformatif

Pandemi membawa berkah tersendiri bagi bisnis Erajaya.

Budiarto Halim: Membawa Erajaya Adaptif dan TransformatifBudiarto Halim—Presiden Direktur PT Erajaya Swasembada Tbk. Fortune Indonesia/Achmad Bedoel
25 November 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Nama Budiarto Halim lekat dengan PT Erajaya Swasembada Tbk. Budiarto juga dikenal sebagai pebisnis ulung nan adaptif. Ia terpilih sebagai salah satu Businessperson of The Year 2021 versi Fortune Indonesia.

Bayangkan, Erajaya yang kini menguasai pasar gawai di Indonesia, awalnya hanya bermula dari sebuah toko berukuran 7x5 meter di kawasan Grogol, Jakarta Barat. 

Budiarto membangun Erajaya bersama kakak iparnya, Ardy Hady Wijaya, pada 1992. Erajaya mulanya hanya menjual ponsel Motorola, Siemens, dan Sony dari PT Elektrindo Nusantara, tempat Budiarto bekerja. Namun pada 1996, Budiarto memutuskan mendirikan badan hukum PT Erajaya Swasembada dengan menjadi distributor Nokia.

Memang setelah itu Budiarto sempat berkarier di luar Erajaya. Ia sempat memimpin PT Artha Graha Sentral dan juga menjadi Chief Executive Officer (CEO) PT Kia Mobil Indonesia. Tapi, pada 2005, ia kembali berfokus membangun Erajaya.

Bisnis Erajaya tumbuh seiring waktu. Sejak menjadi badan hukum, Erajaya terlihat semakin lihai dalam memperluas bisnisnya. Pada 2011, perusahaan ini mengakuisisi Teletama Artha Mandiri (TAM). Di tahun yang sama, Erajaya juga sukses mencatatkan saham perdananya (IPO) di pasar modal dengan meraup dana Rp920 miliar.

Tahun-tahun berikutnya, Erajaya berhasil menjadi distributor sejumlah merk ponsel, termasuk mengakuisisi jaringan iBox senilai US$18 juta. Perseroan juga mendatangkan brand-brand gaya hidup seperti GoPro, DJI, dan Darmin. Tak hanya itu, Erajaya juga memperluas segmen bisnisnya ke perdagangan perangkat lunak melalui PT Data Tekno Indotama.

Berkah pandemi

Pandemi Covid-19 justru menjadi berkah tersendiri bagi Erajaya—begitu kata Budiarto saat wawancara dengan Fortune Indonesia—September 2021. Menurutnya, tren bekerja maupun belajar dari rumah membuat permintaan terhadap perangkat seluler meningkat.

Itu terlihat dari pendapatan Erajaya pada 2020 yang tumbuh 3,44 persen menjadi Rp34,11 triliun. Laba perusahaan ini juga meningkat 107,41 persen menjadi Rp612 miliar. Pada sembilan bulan pertama 2021 ini, perusahaan juga masih beroleh laba Rp719,21 miliar, atau tumbuh 143,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Padahal, Erajaya yang memiliki lebih dari seribuan toko ritel di Indonesia, juga harus terdampak pembatasan sosial. Menurut Budiarto, sejak Covid-19 mewabah, perusahaan memikirkan sejumlah cara agar bisa tetap berjualan. Selain menggelar promo di e-commerce, Erajaya juga mengerahkan tenaga sales untuk melayani pengiriman hingga purna jual langsung ke rumah konsumen.

Pernah melewati krisis 1998 dan 2008, Budiarto menyebut krisis akibat pandemi Covid-19 adalah yang paling menantang bagi usahanya. “Panik juga, tapi bisnis harus jalan. Kami harus menyesuaikan dengan keadaan,” katanya.  

Erajaya juga tetap ekspansif meski di tengah pagebluk. Perseroan merambah ke bisnis skincare dan kecantikan dengan memboyong merek Korea Selatan, The Face Shop, pada Januari 2021.Lalu, pada Oktober 2021, Erajaya Swasembada lewat Erajaya Food & Nourishment (EFN) meneken perjanjian kerjasama joint venture dengan Paris Baguette (PB), sekaligus menjadikan Indonesia sebagai basis keempat perusahaan ini di Asia Tenggara.

Related Topics