Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Survei: Singapura Jadi Destinasi Utama Pekerja Formal Indonesia

Ilustrasi pebisnis dan Marina Bay di Singapura. Shutterstock/Rawpixel.com

Jakarta, FORTUNE - Di antara sejumlah negara Asia Tenggara, Singapura menjadi pilihan utama bagi orang Indonesia yang berminat mencari peruntungan sebagai pekerja migran, terutama di sektor formal. Survei Populix bertajuk "Daya Tarik Karier Internasional bagi Pencari Kerja Indonesia" menunjukkan bahwa 82 persen dari 1.000 responden memilih Negeri Singa sebagai tujuan utama. Selain Singapura, negara tetangga lainnya yang diminati adalah Malaysia, Brunei, dan Thailand.

Survei ini dilakukan pada 5-6 Maret 2025 melalui platform Poplite, dengan melibatkan 1.000 responden yang berminat bekerja di luar negeri. Mayoritas responden berasal dari kelompok milenial dan Gen-Z berusia 25-35 tahun dengan tingkat ekonomi menengah ke atas serta latar belakang pekerjaan di sektor formal.

Dr. Timothy Astandu, Co-Founder dan CEO Populix, mengungkapkan bahwa mayoritas pekerja formal Indonesia yang berminat bekerja di luar negeri masih menaruh negara-negara Asia sebagai pilihan utama.

"Survei menunjukkan kawasan Asia menjadi pilihan 67 persen responden, diikuti Eropa sebanyak 52 persen, Australia dan Oseania sebanyak 32 persen, lalu Timur Tengah sebanyak 16 persen," ujar Timothy dala keterangannya, Rabu (19/3).

Lebih lanjut, ada beberapa faktor yang membuat negara-negara pada kawasan ini dianggap menarik antara lain karena menawarkan gaji yang lebih tinggi (79 persen ), memberikan peluang pengembangan karier (58 persen), juga lantaran negaranya dinilai lebih aman dan stabil (55 persen ).

Dalam konteks Asia Tenggara, delapan dari sepuluh orang Indonesia mempertimbangkan hijrah ke Singapura, diikuti Malaysia (32 persen), Brunei Darussalam (26 persen), dan Thailand (16 perse).

"Singapura masih jadi salah satu negara dengan ekonomi terkuat di Asia, yang menawarkan standar gaji tertinggi di antara para tetangganya, termasuk Indonesia. Maka tak heran para pekerja formal Indonesia meliriknya sebagai rujukan utama untuk bekerja. Apabila dibandingkan, minat kerja ke Singapura dengan negara tetangga lainnya, terpaut sangat jauh. Bahkan hingga kurang dari setengahnya," kata Timothy.

Survei yang dilakukan melalui platform Poplite ini juga menunjukkan bahwa pilihan bekerja di luar negeri umumnya dilihat sebagai peluang meningkatkan kesejahteraan, baik dari sisi ekonomi, karier, maupun kualitas hidup. Namun, mereka menyadari bahwa menjadi pekerja migran tidaklah mudah.

Selain kendala bahasa dan biaya hidup tinggi, banyak yang khawatir soal adaptasi budaya dan sistem kerja yang berbeda. Mayoritas responden lebih berminat bekerja di sektor formal seperti administrasi dan perkantoran, penjualan, pemasaran, dan layanan pelanggan. Bidang teknologi informasi (IT) juga menjadi sektor yang banyak diminati.

Tenaga IT Indonesia incar Singapura, apa dampaknya?

Dok. Populix

Fenomena musim dingin teknologi atau tech winter dalam beberapa tahun terakhir mengakibatkan banyak perusahaan IT di Indonesia mengencangkan ikat pinggang, termasuk dengan pengurangan karyawan. Hal ini mendorong talenta IT Indonesia untuk mencari peluang kerja di luar negeri.

Menurut riset Populix, Singapura menjadi destinasi utama bagi tenaga IT Indonesia. Sekitar 91 persen calon pekerja migran di bidang IT menempatkan Singapura sebagai pilihan utama. Motivasi terbesar mereka adalah gaji tinggi dan stabilitas kerja. Keterampilan utama yang ditawarkan mereka mencakup penguasaan coding, analisis data, hingga kemahiran dalam artificial intelligence (AI) dan machine learning.

Minat pekerja IT untuk hijrah ke Singapura diperkuat oleh regulasi yang mendukung sektor teknologi. Salah satunya adalah komitmen pemerintah Singapura yang menyiapkan anggaran hingga US$150 juta melalui New Enterprise Compute Initiative, sebuah program untuk mendukung adopsi AI dalam bisnis. Program ini memberikan akses teknologi AI, tenaga komputasi cloud mutakhir, serta konsultasi ahli yang membantu integrasi AI dalam operasional perusahaan sehari-hari.

Selain itu, Indonesia dan Singapura juga telah menandatangani program Tech:X pada 2023, yang memberikan fasilitas visa kerja selama satu tahun bagi talenta digital masing-masing negara. "Fenomena pencari kerja migran sektor formal, khususnya IT, perlu disikapi secara bijak. Masyarakat harus benar-benar menyiapkan diri dengan matang. Pasalnya, bursa kerja internasional terbuka bagi siapa saja, yang tentu memperketat persaingan mereka," ungkap Timothy.

Topik migrasi tenaga kerja ke luar negeri kembali ramai diperbincangkan lewat tagar #KaburAjaDulu, yang mencerminkan peluang sekaligus protes atas terbatasnya lapangan kerja di Indonesia. Pada 2024, Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) mencatat ada 296.970 pekerja migran (meningkat sekitar 8,40 persen dari tahun 2023), dengan sekitar 130.000 di antaranya bekerja di Singapura.

Selain itu, tren migrasi ini juga memicu peningkatan alih kewarganegaraan. Pada 2019-2022, Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM mencatat 3.912 WNI berpindah menjadi warga negara Singapura. Mayoritas dari mereka berasal dari usia produktif, yaitu 25 hingga 35 tahun.

“Layaknya dua sisi mata uang, di satu sisi para pekerja migran bisa mendatangkan devisa sambil meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Namun, di sisi lain Indonesia dapat kehilangan banyak talenta lokal berpotensi dan berkualitas,” tutup Timothy Astandu.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pingit Aria
EditorPingit Aria
Follow Us