BUSINESS

Haryanto Adikoesoemo: Berbisnis Bak Ikut Lelang Karya Seni

Haryanto masuk daftar Businessperson of the Year 2021.

Haryanto Adikoesoemo: Berbisnis Bak Ikut Lelang Karya SeniHaryanto Adikoesoemo, Presiden Direktur PT AKR Corporindo Tbk (AKRA). (Fortune Indonesia/Abdul Rachmat Achmad)
24 November 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Di mata Haryanto Adikoesoemo, mengelola bisnis bak mengikuti lelang karya seni. Sebelum memutuskan mengajukan tawaran, kedisiplinan menyiapkan bujet merupakan keniscayaan. 

Bukan itu saja. Riset tentang produk yang kelak dipasarkan, baik terkait sang seniman atau nilai karyanya, juga penting. Jika berhasil memilih seniman yang tepat pada waktu yang pas, harga investasi akan berlipat ganda. 

“Memang, antara ikut lelang lukisan dan bisnis ada korelasinya. Terutama namanya bisnis, kan, selalu buy low, save high,” ujar Presiden Direktur PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) itu kepada Fortune Indonesia (19/10).

Karenanya, memahami arah tren—juga megatren—ekonomi yang kerap berubah sesuai selera pasar dan pergantian zaman adalah keharusan. Bila tidak menerapkannya, perusahaan takkan mampu menghadapi persaingan.

AKR Tumbuh Berkat Mengikuti Tren

Sektor logistik, salah satu layanan utama AKR Corporindo saat ini, bisa jadi misal. Sosok yang masuk daftar Businessperson of the Year oleh Fortune Indonesia itu meyakini layanan tersebut akan tetap relevan 50 atau 100 tahun lagi.

Akan tetapi, layanan itu tetap harus dipoles agar selaras dengan kebutuhan pasar. Pada zaman ini, bahan pemolesnya bisa datang dari ranah teknologi informasi. Tengok saja implementasi kecerdasan buatan pada robot pengantar milik lokapasar (marketplace) belanja daring di Tiongkok dewasa ini.

“Kami terus bertumbuh karena mengikuti tren yang sedang berjalan,” ujar pria lulusan Sekolah Bisnis Harvard itu. “Terpenting, kami harus bisa berubah. Kalau tidak, (bakal) seperti dinosaurus. Sebesar apa pun kami, tak akan bisa bertahan.”

Rasa Lapar untuk Maju

Ketika ditanya tentang cita-cita yang belum tercapai, Haryanto dengan cepat menjawab, “Banyak. Karena kami di AKR itu ada moving target, kalau sudah hampir selesai kami harus memindahkan tujuan lebih tinggi lagi.”

Jika satu target tercapai, maka harus segera berfokus ke sasaran selanjutnya supaya tidak terlena dengan pencapaian yang ada. Dengan begitu, lanjutnya, akan selalu ada rasa lapar yang mendorongnya untuk terus maju—bersiap meraih destinasi baru. Untuk terus memajukan bisnis, dia juga mengaplikasikan pemikiran kreatif yang dia dapatkan dari laku menginterpretasi lukisan.

Berbekal prinsip tersebut, pria kelahiran 1962 itu terbuka dengan opsi pengembangan portofolio bisnis. Perusahaan berpendapatan Rp10,7 triliun per 30 Juni 2021 itu mulai melirik sektor energi baru terbarukan (EBT) dengan mendirikan perusahaan gabungan yang bergerak di sektor gas alam. Ada juga proses pembuatan pembangkit listrik tenaga surya dan rencana pembangunan terminal energi bersama Kementerian Perindustrian.

Sementara itu, portofolio awalnya terdiri atas perdagangan dan distribusi BBM, bahan kimia dasar, pelumas, logistik, dan kawasan industri dan pelabuhan terintegrasi. Contoh, Kawasan Industri JIIPE (Java Integrated Industrial and Port Estate) Gresik yang berkolaborasi dengan Pelindo.

Area itu memiliki luas 3.000 hektare, terdiri atas 1.800 hektare kawasan industri, 400 hektare kawasan pelabuhan laut dalam, serta 800 hektare area perumahan dan komersial.

Related Topics