BUSINESS

Kiat Salman Subakat Jaga Resiliensi Bisnis Induk Wardah Kosmetik

Induk Wardah itu bertahan hadapi rentetan krisis.

Kiat Salman Subakat Jaga Resiliensi Bisnis Induk Wardah KosmetikSalman Subakat di Fortune Indonesia Summit, Rabu 18 Mei 2022. (IDN Media/Herka Yanis)
18 May 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Tiga dekade lebih berdiri, induk usaha Wardah telah menghadapi rentetan krisis. Namun demikian, hal itu tak menyurutkan asa sang raksasa kosmetik; malah membuat mereka kian kuat dalam menyiasati situasi sulit.

“Salah satu pola pikir untuk bertumbuh (growth mindset), jika terhantam, dia mau bangkit lebih kuat. Istilahnya over compensate,” kata CEO PT Paragon Technology and Innovation, Salman Subakat dalam Fortune Indonesia Summit 2022, dengan sesi bertajuk How to Adopt Growth Mindset and Revolutionize Your Business, Rabu (18/5).

Ia mencontohkan kebakaran yang melanda fasilitas Paragon pada 1991—lima tahun setelah perusahaan berdiri; namanya masih PT Pusaka Tradisi Ibu.

Musibah itu merugikan Paragon, karena si jago merah menghanguskan dokumen administrasi sehingga penagihan piutang perusahaan tersendat. Kendati demikian, Nurhayati Subakat—generasi pertama Paragon—berhasil membangkitkan satu per 10 bagian perusahaan setelahnya.

“Ternyata Paragon bisa (bangkit), bahkan lebih kuat dari sebelumnya,” imbuh Salman kepada para audiens perhelatan besar itu.

Krisis datang silih berganti, perusahaan lokal tetap kuat berdiri

Salman Subakat di acara Fortune Indonesia Summit. (IDN Media/Herka Yanis)

Tantangan kedua, saat Paragon dihadapkan dengan krisis moneter pada 1998—hanya beberapa tahun setelah bangkit dari krisis akibat kebakaran. Ditambah lagi, saat itu perekonomian masih begitu bergantung pada impor, berujung pada hilangnya minat investasi ke Indonesia. Dampaknya, banyak perusahaan internasional hengkang dari Indonesia.

Salman mengungkapkan, “Jadi semua bahan baku dalam dolar jualnya rupiah. Akhirnya daya beli hancur, tapi harga naik. Jadi double (krisisnya).”

Kendati begitu, para perusahaan lokal tetap bertahan. Menurut anak dari Nurhayati Subakat itu, rata-rata perusahaan lokal cenderung terus tumbuh di tengah kondisi genting itu.

“Dari situ, kami belajar bahwa kepercayaan diri (terhadap perusahaan kami) itu penting,” ujarnya.

Siasat hadapi krisis kesehatan dan pandemi

Fortune Indonesia Summit Sesi 3 (IDN Media/Herka Yanis)

Related Topics