BUSINESS

Low Tuck Kwong, Perantau Negeri Singa yang Sukses Bisnis Batu Bara RI

Ia merupakan taipan pendiri Bayan Resorces

Low Tuck Kwong, Perantau Negeri Singa yang Sukses Bisnis Batu Bara RIKapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Barito, Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Rabu (1/9/2021). ANTARA FOTO/Makna Zaezar
12 January 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Terlahir di Negeri Singa, Low Tuck Kwong justru sukses menjadi raja batu bara  setelah memutuskan merantau ke Indonesia. Taipan pendiri PT Bayan Resources Tbk (BYAN) itu bahkan saat ini menduduki posisi orang terkaya ke-18 di Tanah Air.

Sebelum menginjakkan kaki ke Republik Indonesia, pria yang kelahiran 1948 itu tumbuh di lingkungan keluarga pebisnis. David Low Yi Ngo, ayahnya, memiliki bisnis konstruksi di Singapura. Melansir Forbes, Low pernah membantu mengelola perusahaan keluarganya, hingga akhirnya memburu peluang bisnis baru dengan terbang ke Indonesia pada 1972.

Di usia ke-24, Low mulai berkarier sebagai kontraktor bangunan melalui PT Jaya Sumpiles Indonesia (JSI) pada masa awal kepindahannya ke Indonesia. Dia menakhodai JSI hingga merambah ke bidang pertambangan batu bara kontrak pada 1988.

Kejayaan Kerajaan Batu Bara Low Tuck Kwong

Low mengalami babak baru dalam hidup ketika sang taipan ‘memenangkan lotre’ pascamembeli pertambangan pertama pada 1998, yakni PT Gunungbayan Pratamacoal (GBP) dan PT Dermaga Perkasapratama (DPP).

Saat itu, GBP belum menambang komoditas, bahkan Terminal Batu Bara Balikpapan milik DPP baru berkapasitas 2,5 juta ton per tahun, dikutip dari laman resmi Bayan Group.

Di bawah kepemimpinan Low, Bayan Group bertumbuh signifikan hingga melahirkan nama yang besar di industri. Pembentukan grup itu terjadi lewat berbagai akuisisi strategis di bisnis batu bara, hingga akhirnya dapat mengembangkan tambang batu bara greenfield.

Pertumbuhan BYAN tak main-main. Bila pada 2014 perusahaan hanya menghasilkan 1,9 juta ton batu bara, maka pada 2018 jumlahnya sudah bertumbuh berkali lipat menjadi 22,7 juta ton. Hadirnya Low di kursi Presdir, Bayan Group pun mampu menjadi salah satu dari lima produsen batu bara terbesar di Indonesia.

BYAN berhasil mencatat pendapatan senilai US$1,74 miliar per kuartal III 2021, melonjak 74,34 persen ketimbang periode serupa tahun lalu. Mulai 2022, manajemen berambisi memproduksi hingga 50 juta ton batu bara per tahun melalui peningkatan Proyek Tambang Tabang/Pakar.

Tambah Kepemilikan Saham di BYAN

Beberapa waktu terakhir, Low tampak giat menambah kepemilikan sahamnya di BYAN. Pada awal 2022 misalnya, dia mengucurkan miliaran rupiah demi membeli 331.700 lembar saham BYAN dalam kurun beberapa hari atau 3–7 Januari 2022.

Menurut keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), harga pembelian saham itu adalah Rp26.383,12 per lembar. Dengan demikian, Low mengucurkan investasi  Rp8,75 miliar. 

Sebelumnya, Low melakukan langkah serupa pada penghujung 2021. Saat itu, dia mengakuisisi 145.600 saham BYAN dengan harga rata-rata Rp26.609,80 per lembar. Secara keseluruhan, sang konglomerat harus merogoh kocek hingga Rp3,87 miliar.

Per Rabu (12/1), Dato’ Low Tuck Kwong diketahui menguasai sekitar 1,84 miliar lembar saham BYAN—itu setara dengan 55,21 persen dari total saham perseroan.

Related Topics