BUSINESS

TBIG Catat Kenaikan Pendapatan 15%, Berkat Bisnis Apa?

TBIG juga tengah menawarkan obligasi berkelanjutan.

TBIG Catat Kenaikan Pendapatan 15%, Berkat Bisnis Apa?ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/rwa

by Tanayastri Dini Isna KH

08 December 2021

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) mencetak pendapatan Rp4,56 triliun dalam 9 bulan pertama 2021 atau meningkat Rp 15,86 persen (yoy). Bahkan, EBITDA perusahaan turut naik 17 persen menjadi Rp3,99 triliun. Apa faktor pendorongnya?

Menurut CEO TBIG, Hardi Wijaya Liong, pencapaian itu disokong oleh pertumbuhan organik. “Pada kuartal ketiga tahun ini, kami menambahkan 801 penyewa organik (bruto) yang terdiri dari 347 situs telekomunikasi dan 454 kolokasi,” ujarnya dalam keterangan kepada pers, Rabu (8/12).

Selain itu, per akhir September 2021, TBIG mengaku memiliki 37.983 penyewaan dan 20.049 situs telekomunikasi—terdiri dari 19.938 menara telekomunikasi dan 111 jaringan DAS. Jumlah penyewaan menara telekomunikasi TBIG telah mencapai 37.872 sehingga rasio kolokasinya 1,90.

Struktur Utang yang Kuat

Total pinjaman TBIG hingga kuartal III-2021 mencapai Rp27,14 triliun, dan total gross senior debt Rp11,42 triliun. Karena saldo kas TBIG saat ini Rp842 miliar, maka jumlah pinjaman bersih (net senior debt) perseroan sama dengan Rp26,3 triliun dan total net senior debt mencapai Rp10,58 triliun.

Dengan EBITDA Q3-2021 yang disetahunkan, maka rasio pinjaman bersih TBIG terhadap EBITDA sama dengan 1,9 kali. Sementara jumlah pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,7 kali.

Meski begitu, CFO TBIG, Helmy Yusman Santoso, mengatakan struktur utang perusahaan begitu kuat. Mengapa? Pertama, karena sumber pendanaan yang sepenuhnya terlindung nilai. Kedua, sumber pendanaan beragam. Ketiga, komitmen atas ketersediaan pinjaman belum ditarik.

“Pada akhir Oktober, kami menetapkan penawaran surat utang dengan jumlah keseluruhan senilai US$400 juta dengan tingkat suku bunga 2,80 persen Surat Utang Tanpa Jaminan yang Didahulukan—merupakan spread paling minmal dari obligasi korporasi non-BUMN Indonesia,” jelasnya.

Mengakses Pasar Obligasi Berkelanjutan

Selain itu, TBIG pun secara rutin mengakses pasar obligasi rupiah lewat Obligasi Rupiah Berkelanjutan senilai Rp15 triliun. Itu berlaku hingga Agustus 2023.

Hari ini adalah masa penawaran umum obligasi berkelanjutan itu, lalu berlanjut ke penjatahan pada Kamis (9/12). Kemudian ke tahap pengembalian uang pemesanan dan distribusi secara elektronik pada Jumat (10/12). Obligasi baru akan tercatat di BEI pada Senin (13/12).

Sekitar Rp1,4 triliun dana yang terhimpun akan perusahaan gunakan untuk membayar utang terkait fasilitas pinjaman revolving tertanggal 30 Maret 20217 dan 28 Juni 2019. Lalu Rp89,6 miliar untuk melunasi kewajiban serupa tertanggal 30 Maret 2017 yang akan jatuh tempo pada 30 Juni 2022.