TCM Raih Subroto Award Lewat Inovasi Pelestarian Sarut Dayak Benuaq

- TCM meraih Subroto Award 2025 dari Kementerian ESDM.
- Penghargaan diberikan atas program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) yang melestarikan seni tradisional sarut Dayak Benuaq.
- Program pelestarian ini melibatkan 17 kampung/desa dan 22 kelompok perajin sarut di wilayah operasional TCM, serta berhasil menembus ajang pameran budaya internasional di Finlandia.
Jakarta, FORTUNE — PT Trubaindo Coal Mining (TCM), anak usaha PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITM), meraih Subroto Award 2025 dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Penghargaan bergengsi ini diserahkan pada malam penganugerahan di Jakarta, Jumat (24/10), sebagai apresiasi atas program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) TCM yang meraih predikat Sosial Budaya Terinovatif.
Melalui program PPM, TCM berhasil mencapai target kinerja 2024 berbasis RKAB sekaligus melestarikan seni tradisional sarut dari suku Dayak Benuaq. Inisiatif ini memadukan pelestarian budaya lokal dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat serta pemanfaatan teknologi untuk memperluas jangkauan pemasaran produk.
TCM menjadi satu dari enam perusahaan tambang batubara yang menerima penghargaan di kategori PPM terinovatif. Secara keseluruhan, sebanyak 145 perusahaan pemegang IUP/IUPK di seluruh Indonesia menjadi objek penilaian dalam kategori tersebut.
Subroto Award sendiri merupakan penghargaan tertinggi Kementerian ESDM bagi para pemangku kepentingan yang berkontribusi pada kemajuan sektor energi dan sumber daya mineral nasional. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengapresiasi seluruh pelaku usaha atas kontribusinya selama masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
“Semua capaian ini tidak mungkin terwujud tanpa dukungan Bapak dan Ibu pelaku usaha. Dari lubuk hati yang paling dalam, saya ucapkan terima kasih atas kontribusi dan kerja kerasnya,” ujar Bahlil.
Membangun harmoni antara bisnis dan masyarakat

Direktur Utama ITM, Mulianto, yang menerima langsung penghargaan tersebut, menyampaikan bahwa capaian ini menjadi bukti nyata sinergi antara perusahaan dan masyarakat dalam menjaga keberlanjutan sosial budaya di wilayah operasional.
“Pelestarian budaya lokal seperti Sarut Dayak Benuaq adalah bagian penting dari keberlanjutan sosial yang harus berjalan seiring dengan kinerja lingkungan dan ekonomi. Program ini mencerminkan nilai-nilai yang kami junjung tinggi di seluruh anak usaha ITM dalam membangun harmoni antara bisnis dan masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Teknik Tambang TCM, Danang Sabto Nugroho, menambahkan bahwa penghargaan ini menjadi bentuk pengakuan atas kerja keras seluruh pemangku kepentingan dalam mendukung keberlanjutan ekonomi dan budaya bagi masyarakat sekitar tambang.
“Pelestarian Wastra Sarut adalah wujud komitmen kami untuk memastikan warisan budaya lokal tidak sekadar lestari, tetapi juga memberi nilai ekonomi dan kebanggaan bagi masyarakat Dayak Benuaq. Penghargaan ini menjadi apresiasi bagi semua pihak yang terlibat dalam program pelestarian Sarut di Kabupaten Kutai Barat. Semoga menjadi motivasi baru bagi kami untuk terus menghadirkan program yang berdampak bagi masyarakat,” ungkapnya.
Masuk ke ajang pameran budaya di Finlandia

Sebagai warisan turun-temurun suku Dayak Benuaq di Kutai Barat, Kalimantan Timur, sarut kini menghadapi tantangan modernisasi, menurunnya minat generasi muda, dan terbatasnya akses pasar. Menjawab tantangan itu, TCM mengembangkan inovasi pelestarian sarut melalui pendekatan PPM yang mencakup diversifikasi produk, penyematan QR Code berisi makna dan cerita tiap motif, penggunaan bahan ramah lingkungan, serta penyelenggaraan Festival Sarut tahunan bersama Pemerintah Kabupaten Kutai Barat sejak 2021.
Hingga 2025, program pelestarian ini telah melibatkan 17 kampung/desa dan 22 kelompok perajin sarut di wilayah ring 1 dan 2 operasional TCM. Mayoritas perajin merupakan perempuan yang kini menikmati peningkatan kapasitas, pendapatan, dan akses pasar yang lebih luas.
Program ini juga berhasil mendorong regenerasi budaya, dengan seni sarut kini masuk ke dalam kurikulum muatan lokal di sekolah dasar dan menengah di wilayah Damai. Selain itu, sepuluh motif sarut telah memperoleh hak cipta, menjadi tonggak penting dalam pengakuan kekayaan intelektual daerah.
Inovasi tersebut semakin kuat melalui kolaborasi lintas lembaga, melibatkan TCM, Pemerintah Kabupaten Kutai Barat, KP2L Kecamatan Damai, Dinas Pariwisata, Dekranas, dan Kementerian ESDM. Berkat kerja sama ini, produk sarut berhasil menembus ajang pameran budaya internasional di Finlandia, memperkenalkan keindahan dan nilai wastra Kalimantan Timur ke kancah global. (WEB)


















