Buana Lintas Lautan (BULL) Siapkan 4 Strategi Transformasi Bisnis

Jakarta, FORTUNE - PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) mengungkapkan rencana transformasi strategis untuk meraih backlog pendapatan kontrak besar. Hal ini diproyeksikan mampu meningkatkan arus kas dan mendorong pertumbuhan kinerja ke depan.

Dalam keterbukaan informasi, BULL menyatakan ada empat strategi yang sedang disiapkan. Pertama adalah transportasi LNG. Manajeman BULL mengatakan, pembangunan pabrik pencairan LNG baru mulai 2026 dengan kapasitas bertambah 58 juta ton per tahun. Dengan demikian, pasar membutuhkan sekitar 140–155 kapal pengangkut LNG baru pada periode 2026–2027.

Namun, jumlah kapal baru yang diperkirakan masuk hanya sekitar 120–140 unit, sementara hingga 60 kapal lama yang berusia lebih dari 30 tahun kemungkinan akan dipensiunkan. Meski begitu kekuatan tarif kapal pengangkut LNG di pasar internasional diperkirakan akan berlanjut.

BULL juga akan segera menerima kapal pengangkut LNG pertama dan menargetkan menjadi salah satu pemain utama di kawasan. Pendapatan rata-rata sewa kapal setara waktu melonjak 414 persen dari US$12.667 per hari pada Oktober menjadi US$65.167 per hari pada Desember.

Strategi kedua, yakni Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) untuk gasifikasi LNG. Langkah ini merupakan bentuk dukungan rencana pemerintah dalam meningkatkan gasifikasi produksi listrik nasional dan membangun lima FSRU skala besar, ditambah FSRU LNG yang lebih kecil serta klister logistik pendukung.

Strategi ketiga, ekspansi bisnis produksi dan penyimpanan minyak mentah dan gas alam lepas pantai. Manajemen BULL memperkirakan pasar untuk unit produksi, penyimpanan, dan bongkar muat terapung (FPSO) akan tumbuh pesat.

Dalam beberapa tahun ke depan, diperkirakan hingga 12 unit FPSO akan mulai beroperasi di Asia Tenggara, dengan Indonesia, Malaysia, dan Vietnam menjadi negara yang paling aktif.

"Indonesia menawarkan 108 cekungan sedimen untuk eksplorasi dan produksi minyak, di mana 63 persen berada di lepas pantai. BULL berencana untuk segera memasuki pasar ini," tulis manajemen, Senin (15/12).

Terakhi, masuk ke segmen transportasi minyak mentah dan produk minyak. Inisiatif masuk segmen itu berdasarkan proyeksi asosiasi perdagangan maritim internasional BIMCO (Baltic and International Maritime Council) terkait permintaan permintaan angkutan minyak berdasarkan jarak tempuh (ton-mil) akan tumbuh 2–3 kali lebih cepat dibandingkan pertumbuhan volume minyak (barel). Artinya, sejak 2024 permintaan kapal tanker minyak diperkirakan terus meningkat dengan laju sekitar 3 persen per tahun.

Dengan pertumbuhan armada yang rendah, potensi peningkatan penyimpanan terapung, serta faktor musiman, tarif tanker diproyeksikan tetap kuat.

Pendapatan rata-rata segmen tersebut akan meningkat dari US$40.007 per hari pada Oktober menjadi US$62.987 per hari pada Desember, atau naik sekitar 57 persen.

Untuk memaksimalkan perkembangan seluruh strategi tersebut, perusahaan akan membeli kapal tanker satu per satu, dan secara aktif mengidentifikasi peluang pertumbuhan inorganik melalui akuisisi aset yang bersifat accretive dan bernilai tambah bagi pemegang saham.

"Kami sedang menjajaki tindakan korporasi dan investasi strategis untuk memperkuat neraca keuangan guna memastikan semua peluang pertumbuhan ini akan didanai dengan cepat dan kompetitif," demikian tertulis di keterbukaan informasi.