BI Catat Tren Penjualan Rumah Turun pada akhir 2024

- Penjualan rumah di triwulan IV-2024 turun 6,62% secara kuartalan (qtq).
- Kontraksi pertumbuhan penjualan rumah terjadi pada tipe kecil dan menengah.
- Penjualan rumah tipe besar mengalami peningkatan sebesar 14,12% (qtq).
Jakarta, FORTUNE - Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia (BI) mencatat adanya penurunan penjualan rumah di triwulan IV-2024 sebesar 6,62 persen secara kuartalan (qtq). Meski demikian, penurunan itu membaik bila dibandingkan dengan penurunan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,62 persen (qtq).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso menjelaskan, kontraksi pertumbuhan penjualan rumah pada triwulan IV 2024 terjadi pada rumah tipe kecil dan menengah masing-masing sebesar 11,94 persen (qtq) dan 9,13 persen (qtq). “Sementara itu, penjualan rumah tipe besar menunjukkan peningkatan sebesar 14,12 persen (qtq),” kata Ramdan melalui keterangan resmi di Jakarta, (14/2).
Ini faktor yang menjadi penghambat penjualan properti

Berdasarkan survei BI, terdapat beberapa faktor utama yang menghambat pengembangan dan penjualan properti residensial primer. Di antaranya, kenaikan harga bangunan sebesar 21,40 persen, masalah perizinan 15,05 persen, suku bunga KPR 14,31 persen, proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR 10,59 persen, perpajakan 9,71 persen, dan lainnya 15,05 persen.
Sementara itu, Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada triwulan IV 2024 masih tumbuh sebesar 1,39 persen (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III 2024 sebesar 1,46 persen (yoy).
Sedangkan, dari sisi pembiayaan, survei menunjukkan bahwa sumber utama pendanaan untuk pembangunan properti residensial masih berasal dari dana internal pengembang, dengan pangsa mencapai 74,38 persen.
Dari sisi konsumen, mayoritas pembelian rumah di pasar primer dilakukan melalui skema pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dengan pangsa sebesar 72,54 persen dari total pembiayaan.