Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

BI Rate Turun 3 Kali, Mengapa Bunga Kredit Bank Masih 'Lengket'?

illustrasi Perbankan (Google)
illustrasi Perbankan (Google)
Intinya sih...
  • BI-rate turun 3 kali hingga 5,25 persen, tapi bunga kredit dan simpanan bank tetap lambat turun
  • Perbankan perlu strategi pendanaan demi menurunkan bunga kredit
  • Suku bunga kredit bank turun menjadi 9 persen pada Mei 2025, sementara suku bunga DPK naik menjadi 2,88 persen

Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuannya (BI Rate) sebanyak tiga kali sepanjang 2025 hingga mencapai level 5,25 persen. Namun, suku bunga kredit perbankan dirasakan masih 'lengket' alias lambat turun, menimbulkan pertanyaan di tengah masyarakat dan pelaku usaha.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjelaskan ada sejumlah faktor kompleks yang membuat perbankan tidak bisa serta-merta menurunkan bunga kreditnya. Faktor utamanya adalah biaya dana (cost of fund) yang masih tinggi.

Menurut data OJK per Mei 2025, tren penurunan suku bunga kredit memang terjadi, tapi sangat tipis. Suku bunga kredit secara rata-rata tertimbang turun 11 basis poin (bps) secara tahunan menjadi 9 persen. Di sisi lain, suku bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) justru masih naik tipis menjadi 2,88 persen dari 2,81 persen pada Mei 2024.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengatakan penurunan BI Rate memang akan diikuti oleh bunga kredit, tapi dengan jeda waktu.

"Penurunannya tergantung pada struktur biaya masing-masing bank. Beberapa bank masih mengandalkan dana mahal [deposito berjangka] karena pertumbuhan DPK melambat," kata Dian.

Selain biaya dana, perbankan nasional juga masih harus membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebagai antisipasi potensi kenaikan risiko kredit akibat gejolak ekonomi. Faktor kehati-hatian ini membuat bank tidak bisa mengambil pendekatan yang seragam dalam menurunkan bunga.

"Penurunan suku bunga kredit harus tetap mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dan kondisi keuangan masing-masing bank," ujar Dian.

Dari sisi pelaku industri, Presiden Direktur BCA, Hendra Lembong, mengaku pihaknya tidak akan terburu-buru melakukan perubahan suku bunga. Menurutnya, bank lebih memantau pergerakan market rate seperti JIBOR atau IndoNIA.

"Dengan suku bunga turun, tidak berarti kita akan turunkan semuanya. Tapi tentu ada nasabah-nasabah kita yang memang perjanjiannya sesuai dengan market rate, ini akan mengikuti penurunan dari benchmark," ujar Hendra dalam konferensi pers (30/7).

Oleh karena itu, BCA memandang suku bunga kreditnya masih akan relatif stabil dan tetap mempertahankan target pertumbuhan kredit pada kisaran 6 hingga 8 persen pada akhir 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us