Kebijakan Tarif Impor Trump ke RI Bakal Ganggu Kredit Perbankan

- Kebijakan Trump tarif impor 32% ke RI akan memperlambat kredit perbankan nasional
- Prediksi pertumbuhan kredit bank hanya 8-9,5% di akhir tahun 2025, dengan peningkatan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)
- Kinerja bank nasional masih stabil dengan NPL di bawah 3%, namun likuiditas tetap ketat dengan LDR di atas 90%
Jakarta, FORTUNE - Kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengenakan tarif impor sebesar 32 persen terhadap barang dari Indonesia diprediksi akan berdampak terhadap kredit perbankan nasional.
Ekonom sekaligus Direktur & Founder Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira Adhinegara menilai kebijakan itu akan memperlambat kredit bank lantaran banyaknya perbankan nasional yang menyalurkan kredit korporasi ke berbagai sektor. Ia menyebut, sektor yang paling berdampak terhadap kebijakan Trump ialah industri elektronik, pakaian jadi, alas kaki, CPO, nikel hingga batubara.
“Harga komoditas ekspor misalnya langsung bereaksi turun serempak. Harga batubara sudah anjlok 22,4 persen (yoy) diikuti nikel yang turun 11 persen. Outlook permintaan komoditas yang rendah karena perang dagang, buat bank atur ulang penyaluran ke sektor berbasis pertambangan. Apalagi ada ancaman resesi AS yang memperburuk situasi,” kata Bhima saat dihubungi Fortune Indonesia di Jakarta, Senin (7/4).
Kredit diprediksi hanya tumbuh 8% di 2025, bank pertebal CKPN

Dengan situasi tersebut, Bhima memprediksi pertumbuhan kredit bank hanya akan mencapai 8-9,5 persen (yoy) di akhir tahun 2025. Sementara itu, begitu permintaan dari brand internasional turun, bank akan pasang pencadangan atau Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) lebih besar untuk antisipasi molornya pembayaran pinjaman existing di sejumlah sektor itu.
Beberapa bank terpantau menaikkan CKPN atau pencadangan untuk antisipasi risiko kredit kedepan, seperti CKPN BRI naik 188,5 persen (yoy) per Januari 2025 dan Bank BTN sebesar 27,5 persen (yoy) di periode yang sama. “Kebijakan penyaluran kredit pada kondisi seperti saat ini tentu mayoritas tetap prudent sambil menunggu dampak kebijakan tarif Trump,” kata Bhima.
Likuiditas bank ketat, namun tetap sehat

Sementara itu, Kepala Ekonom BCA, David Sumual menilai dampak kebijakan Trump terhadap kredit tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Apalagi, porsi dari kredit korporasi segmen ekspor dalam perbankan nasional tidak terlalu besar.
Selain itu, kinerja bank nasional masih relatif stabil dengan angka kredit macet atau NPL masih di bawah 3 persen.
“Sejauh ini, kinerja perbankan relatif stabil dengan angka NPL dan loan at risk sudah kembali ke posisi pra pandemi. Namun dapat diakui bahwa likuiditas memang untuk beberapa bank termasuk dalam KBMI 4 relatif ketat dengan LDR di atas 90 persen,” kata David.