Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Investasi di Tengah Penurunan Kelas Menengah, Masih Realistis?

UOB media Literacy Circle bertajuk Investasi via Digital, di Jakarta, Selasa (11/3)
Intinya sih...
  • UOB menyampaikan kelas menengah masih bisa berinvestasi dengan pengelolaan keuangan yang tepat.
  • Jumlah penduduk kelas menengah menurun drastis, banyak yang turun ke kelas rendah atau aspiring middle class.
  • Tingkat literasi keuangan penduduk Indonesia meningkat, namun masih ada gap 9,59 persen dari tingkat inklusi keuangan saat ini.

Jakarta, FORTUNE - Di tengah gejolak pasar dan biaya hidup yang tinggi, UOB menyampaikan masyarakat kelas menengah masih bisa berkesempatan berinvestasi. Head of Deposit and Wealth Management UOB Indonesia Vera Margaret menyampaikan bahwa yang paling penting adalah pengelolaan keuangan.

Ia tidak menampik bahwa kondisi seperti saat ini cukup menyulitkan, sehingga sebagian kelas menengah harus mengalami penurunan kelas. "Kalau kita lihat antara inflasi vs kenaikan gaji tidak imbang, bahkan ada pekerja yang kena pemotongan gaji," ujarnya dalam UOB media Literacy Circle bertajuk Investasi via Digital, di Jakarta, Selasa (11/3).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk yang tergolong kelas menengah menurun dalam lima tahun terakhir, dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 47,85 juta orang pada 2024. Artinya, ada sekitar 9,48 juta orang yang keluar dari kategori kelas menengah dan turun ke kategori yang lebih rendah.

Sementara itu, terjadi peningkatan jumlah penduduk yang masuk dalam kategori aspiring middle class atau kelompok yang ada di antara kelas menengah dan rentan miskin. Data BPS menunjukkan pada 2024, sebanyak 137,5 juta orang atau 49,22% dari total penduduk masuk dalam kategori ini.

"Oleh sebab itu, di tengah kondisi seperti ini semakin penting untuk tahu tentang budgeting rule yaitu 70-80 persen yang digunakan. Saving 10-20 persen, dan terakhir wants 5-10 persen," lanjutnya.

Di sisi lain, ia juga menyoroti kondisi literasi keuangan dan inklusi keuangan yang punya terpaut gap terbilang jauh. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2024 yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BPS menyebutkan, tingkat literasi keuangan penduduk Indonesia berada di angka 65,43 persen, meningkat signifikan dibandingkan 2013 yang masih 21,84 persen.

Tetapi sebenarnya literasi keuangan masyarakat masih perlu ditingkatkan, sebab menurut Vera masih terdapat gap 9,59 persen dari tingkat inklusi keuangan saat ini yang mencakup 75,02 persen.

Menurut UOB hal itu menunjukkan semakin banyak masyarakat yang memiliki akses ke layanan keuangan, namun tidak semuanya memiliki pemahaman yang cukup tentang mengelola keuangan dan investasi secara bijak.

Chief Economist UOB Enrico Tanuwidjaja menambahkan, masyarakat kelas menengah tetap bisa berinvestasi asalkan paham dengan prinsip investasi dan mengetahui profil risiko pribadi.

"Investasi itu perlu jelas. Prinsipnya ga boleh lupa, carilah investasi yang pokoknya terjaga. Kalau sudah bisa maka maju terus ke risiko yang lebih tinggi dan return-ya tinggi," tegasnya.

Kalau di UOB, Vera menjelaskan strategi yang dilakukan adalah rutin mengedukasi nasabah terkait literasi keuangan. UOB juga baru-baru ini merilis fitur investasi digital di aplikasi UOB TMRW (mobile aplikasi) untuk pembelian dan pengelolaan produk reksadana yang dilengkapi dengan AI agar membantu pengguna mengalokasikan aset sesuai profil risiko.

Share
Topics
Editorial Team
pingit aria mutiara fajrin
Editorpingit aria mutiara fajrin
Follow Us