FINANCE

Lockdown Ketat, Ekonomi Australia Q3/2021 Kembali Terjerembap

Dunia usaha dan ekonom optimistis Australia akan pulih.

Lockdown Ketat, Ekonomi Australia Q3/2021 Kembali TerjerembapOrang-orang di sekitar Opera house dan Harbour bridge di Sydney melakukan banyak kegiatan di luar ruangan seperti berjalan dan jogging selama karantina wilayah. Shutterstock/ juancsanchezherrera
02 December 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Perekonomian Australia kembali mengalami kontraksi sepanjang kuartal ketiga tahun ini. Diperkirakan itu merupakan dampak langsung karantina wilayah (lockdown). 

Biro Statistik Australia dalam rilisnya mengemukakan bahwa perekonomian domestik pada Juli-September 2021 turun 1,9 persen secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq). Padahal, kuartal sebelumnya menyaksikan pertumbuhan 0,7 persen qtq.

Kontraksi tersebut lebih rendah dari perkiraan para ekonom yang mencapai minus 2,5 sampai 3 persen. Namun, itu tetap saja menjadikannya capaian terburuk ketiga dalam 62 tahun terakhir. Koreksi ekonomi paling dalam terjadi pada kuartal kedua 2020 sebesar 7 persen dan kuartal sama 1974 mencapai 2 persen.

“Mengingat latar belakang karantina di New South Wales, Victoria, dan Australian Capital Territory, ini adalah kinerja yang sangat kuat,” kata Sarah Hunter, kepala ekonom Australia BIS Oxford Economics, seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (2/12). Secara tahunan (year-on-year/yoy), ekonomi Australia tumbuh 3,9 persen.

Capaian perekonomian pada kuartal III-2021 memberikan sandaran lebih baik bagi pemulihan. Indikasinya terlihat dari konsumsi rumah tangga yang tumbuh 0,7 persen di sejumlah negara bagian yang tidak menerapkan karantina wilayah. “Hasil ini menyoroti bahwa begitu pembatasan dilonggarkan dan virus terkendali, ekonomi dapat pulih dengan cepat,” ujarnya.

Optimisme

Melansir ABC News, para pemilik bisnis, pekerja, dan analis memperhatikan potensi rebound yang kuat. Alex Cadger, misalnya. Pemilik The Blonde Group, sebuah bisnis katering dan acara di Sydney, itu mengatakan selama karantina wilayah beradaptasi dengan mengirimkan makanan kotak serta hadiah untuk klien korporat.

"Tujuannya bukan untuk menguntungkan dan menghasilkan banyak uang. Tujuannya benar-benar untuk membuat staf tetap bekerja sehingga ketika kami dapat membuka kembali, semua orang terlibat dan dipekerjakan," kata Alex kepada The Business yang dikutip oleh ABC News. Menurut Cadger, seiring pembukaan pembatasan, permintaan untuk penyelenggaraan acara kembali mengalir. 

Sementara itu, Heath Lawley, pemilik gym di pinggiran Melbourne, juga menyebutkan bahwa ada permintaan yang terpendam untuk bisnisnya. "Memiliki aspek sosial kembali ke komunitas kami sangat penting," kata Lawley, yang sudah menutup bisnisnya selama 1,5 tahun karena sejumlah karantina wilayah di Victoria.

Dampak karantina wilayah terhadap penurunan konsumsi rumah tangga mencapai 4,8 persen secara kuartalan pada periode sama. Kondisi itu terutama disebabkan oleh penurunan belanja jasa terutama pada sektor perhotelan, rekreasi dan budaya, serta transportasi.

Risiko varian baru COVID-19 Omicron

Ekonom senior AMP Capital, Diana Mousina, mengatakan masyarakat Australia tampaknya belajar untuk hidup bersama COVID-19, termasuk pada saat pembatasan. "Saya pikir rumah tangga dan bisnis belajar bagaimana menghadapi karantina lebih baik daripada apa yang kita lihat tahun lalu," ujarnya.

Artinya, tidak akan ada lagi resesi teknis (kontraksi ekonomi dua kuartal berturut-turut) di Australia tahun ini, sebagaimana berlaku pada 2020. 

"Sementara pemerintah mengatakan bahwa mereka tidak ingin kita kembali lockdown, kita masih harus mengatakan itu adalah risiko besar," jelasnya. Dia berpendapat bahwa pembatasan mungkin masih akan berlangsung 6 sampai 12 bulan ke depan.

Gareth Aird, kepala ekonomi Australia Commonwealth Bank, mengatakan pasar juga mencoba menilai apa arti dari prospek harga (barang dan jasa) serta upah dalam perekonomian.

“Harapan kami adalah ekspansi ekonomi yang sangat kuat tahun depan akan disertai dengan percepatan inflasi dan pertumbuhan upah,” kata Aird.

Related Topics