OJK Ungkap Kondisi Sektor Jasa Keuangan RI saat Divergensi Global
Kredit bank tumbuh 9,39%, premi asuransi masih terkontraksi.
Jakarta, FORTUNE - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai perekonomian global menunjukkan divergensi pada negara-negara maju, sehingga respons kebijakan perlu diambil oleh sejumlah negara. Sebagai contohnya di Amerika Serikat (AS), the Fed menahan kenaikan suku bunga kebijakan seiring mulai meredanya tekanan inflasi. Namun, dengan masih ketatnya pasar tenaga kerja di tengah kinerja perekonomian yang di atas ekspektasi, the Fed mensinyalkan masih akan ada kenaikan suku bunga di tahun ini.
Kebijakan untuk menaikkan suku bunga juga ditempuh oleh bank sentral Eropa karena tingkat inflasi di beberapa negara Eropa yang persisten tinggi. Di Tiongkok, pemerintah dan bank sentral mengeluarkan stimulus dan menurunkan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus melemah.
Di domestik, kinerja perekonomian nasional terpantau positif dengan tekanan inflasi mereda dan kembali ke rentang target Bank Indonesia (BI) yang tercatat 3,52 persen (yoy) pada Juni 2023, turun dari Mei 2023 sebesar 4,00 persen.
“Hasil Global Bank Stress Test IMF menunjukkan dalam skenario ekonomi memburuk, stabilitas sistem keuangan Indonesia tetap dapat terjaga baik dengan buffer permodalan dan likuiditas perbankan yang dimiliki diperkirakan mampu menyerap risiko yang muncul,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar melalui konferensi video di Jakarta, Selasa (4/7).
Ditopang segmen investasi, kredit perbankan tumbuh 9,39%
Pada industri perbankan nasional dinilai tetap resilien, ditandai dengan fungsi intermediasi yang terjaga dan permodalan yang memadai di tengah pelemahan ekonomi mitra dagang utama serta kebijakan hawkish yang masih akan dilanjutkan secara terbatas di negara maju.
Pada Mei 2023, kredit perbankan tumbuh 9,39 persen (yoy) menjadi Rp6.577 triliun. Pertumbuhan itu lebih tinggi dibandingkan dengan April 2023 yang sebesar 8,08 persen.
“Kredit didorong pertumbuhan kredit investasi sebesar 12,69 persen. Per jenis kepemilikan, pertumbuhan kredit Bank Umum Swasta Nasional domestik tumbuh tertinggi yaitu sebesar 15,2 persen yoy,” kata Ketua Eksekutif Pengawasan Perbankan OJK, Dian Ediana Rae.
Di sisi lain, kualitas kredit masih terjaga dengan rasio NPL net perbankan di level 0,77 persen atau sedikit menurun dibandingkan April 2023 sebesar 0,78 persen. Sementara itu untuk NPL gross sebesar 2,52 persen atau turun tipis dibandingkan April 2023 sebesar 2,53 persen. Kredit restrukturisasi Covid-19 juga kembali mencatatkan penurunan, baik nominal maupun jumlah nasabah, yaitu sebesar Rp13,96 triliun menjadi Rp372,07 triliun dengan jumlah nasabah turun 100 ribu menjadi 1,64 juta nasabah.
Premi industri asuransi terkontraksi 1,62&
Pada sektor asuransi, akumulasi pendapatan premi sektor asuransi selama periode Januari sampai dengan Mei 2023 mencapai Rp124,69 triliun, atau terkontraksi 1,62 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Penurunan tersebut sedikit lebih membaik dibandingkan dengan kontraksi pada April 2023 yang mencapai 1,67 persen.
Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) OJK, Ogi Prastomiyono menjelaskan, penurunan tersebut disumbang dari industri asuransi jiwa.
“Pertumbuhan akumulasi premi asuransi jiwa turun 8,08 persen (yoy) dengan nilai sebesar Rp71,90 triliun per Mei 2023, didorong oleh turunnya premi di lini usaha PAYDI,” kata Ogi.
Namun demikian, akumulasi premi asuransi umum masih tetap tumbuh positif 8,80 persen (yoy) pada Mei 2023, atau sedikit turun dibandingkan dengan April 2023 sebesar 12,55 persen. Dengan demikian, premi asuransi umum mencapai Rp52,78 triliun.