FINANCE

Semakin Membaik, DBS Proyeksikan Ekonomi RI Tumbuh 4,8% di 2022

Suku bunga acuan BI diperkirakan naik 75 bps pada 2022.

Semakin Membaik, DBS Proyeksikan Ekonomi RI Tumbuh 4,8% di 2022Foto Gedung DBS. (Dok. DBS)
08 February 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bank DBS memprediksi pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2022 akan tumbuh sebesar 4,8 persen secara tahunan. Proyeksi tersebut lebih tinggi dari raihan pertumbuhan ekonomi RI di tahun 2021 yang hanya 3,6 persen. 

Ekonom Senior Bank DBS Radhika Rao dalam riset berjudul “DBS Focus Indonesia 2022 Outlook: Taxiing for take-off” menyatakan, terdapat beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional. 

"Momentum pertumbuhan meningkat di akhir 2021 karena permintaan mulai normal serta peningkatan aktivitas di sektor jasa," kata Radhika melalui keterangan yang dikutip di Jakarta, Selasa (8/2).

Kebijakan pemerintah jadi faktor pegerakan inflasi

Radhika menjelaskan, pergerakan inflasi pada tahun 2022 akan dipengaruhi oleh reformasi subsidi hingga kebijakan pemerintah. 

Salah satunya ialah penerapan perubahan pajak, termasuk kenaikan tarif PPN yang dikhawatirkan bakal menjadi faktor penyumbang inflasi. 

Radhika menyatakan, dalam menanggapi berbagai kebijakan tersebut, produsen tentunya akan meningkatkan harga untuk mengimbangi kenaikan biaya. "Sebagaimana tercermin dalam inflasi harga grosir, memperkecil selisih antara hasil produksi nyata dan hasil produksi potensial karena aktivitas mulai normal kembali, dan lain-lain," lanjut Radhika. 

Pihaknya pun memperkirakan inflasi 2022 rata-rata sebesar 3 persen namun masih dalam target BI, yang sebesar 2 persen hingga 4 persen.

Momentum peningkatan ekspor bakal begeser di 2022

Surplus neraca perdagangan RI pada Desember 2021 mengecil menjadi US$1,02 miliar atau setara Rp14,6 triliun. Bila dibandingkan dengan bulan November 2021 di US$3,5 miliar atau setara Rp50,3 triliun. 

Di mana ekspor naik 35 persen secara tahunan, tetapi impor yang meningkat lebih tinggi sebesar 48 persen. Bank DBS memandang, hal tersebut terhadi karena aktivitas mulai normal dan mengangkat impor bahan baku dan barang modal. 

"Secara keseluruhan, neraca perdagangan nonmigas meningkat tajam, didorong oleh kenaikan harga komoditas batubara, minyak sawit, logam dasar, karet olahan pada 2021," kata Radhika. 

Untuk tahun ini, DBS memandang momentum peningkatan ekspor akan bergeser dari ekspor hasil industri hulu ke ekspor hasil industri hilir dan didorong oleh sektor manufaktur. Pergeseran ini kemungkinan akan menghadapi tantangan, sebagaimana tercermin dalam larangan ekspor batubara yang baru saja dikeluarkan pada Januari. 

Related Topics