LUXURY

Bisa Ditiru, Strategi Menggerakkan Fesyen Ramah Lingkungan di Kenya

Keberlanjutan didukung para merek dan desainer.

Bisa Ditiru, Strategi Menggerakkan Fesyen Ramah Lingkungan di KenyaLilaBare, salah satu merek fesyen berkelanjutan/Dok. LilaBare
01 September 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Di dalam kancah fesyen ramah lingkungan di Kenya, Nairobi telah menjadi pemimpin dalam selama beberapa dekade. Bagaimana strateginya dalam langkah keberlanjutan dan menerapkan inisiatif lokal?

Melansir Vogue Business, Jumat (1/9) selama beberapa dekade, Kenya telah mengembangkan pariwisata berkelanjutan, dengan menjaga keseimbangan antara mendukung masyarakat lokal dan pengunjung. Tak hanya itu, mereka melestarikan satwa liar yang sangat beragam. Kini kenya juga melakukan hal yang sama dengan fesyen berkelanjutan.

Kaitan antara satwa liar dan fesyen terlihat jelas melalui ruang-ruang seperti Wildlife Works, produsen pakaian yang berlokasi di Suaka Margasatwa Rukinga. 

Produsen pakaian lainnya, Soko Kenya, yang bermitra dengan Asos pada koleksi Asos Made in Kenya, pernah mendandani Michelle Obama. Merek lokal termasuk LilaBare dan Katush juga menunjukkan potensi label buatan Afrika.

Namun, pasar pakaian di Kenya bukannya tanpa masalah – pasar ini merupakan salah satu dari lima importir pakaian bekas terbesar di dunia dan menghadapi apa yang disebut “kolonialisme limbah” dari negara-negara Utara. 

Meskipun demikian, ada banyak hal yang menjanjikan seiring dengan upaya para pemimpin masyarakat di seluruh kota Nairobi untuk mengubah pola pikir mengenai masa depan keberlanjutan dalam bidang fesyen dan desain di tingkat lokal.

Menggaungkan daur ulang

Label seperti Maisha merayakan keterampilan lokal melalui daur ulang, sementara komunitas mendukung praktik berbagi pakaian bekas. 

“Pertukaran pakaian kami adalah ruang sosial di mana para peserta dapat terikat atas minat yang sama dalam kesadaran konsumerisme, musik, mode, keberlanjutan, dan seni,” kata Mutete Bahkita, pendiri 25Sw4p, fasilitator dan platform pertukaran pakaian kepada Vogue Business. 

Kenya adalah salah satu eksportir pakaian jadi terkemuka di Afrika Sub-Sahara, didukung oleh pemerintah yang secara proaktif mendukung industri tekstil melalui kebijakan seperti Buy Kenya, Build Kenya . 

Mengusung produk berkelanjutan

Kenya memiliki sederet proyek yang membentuk masa depan mode berkelanjutan. Bagaimana para merek mendukung dan menerapkannya?

Pendiri LilaBare, Ria Ana Sejpal mengutip pepatah yang akrab di telinga warga Kenya.  “Kami tidak mewarisi tanah dari nenek moyang kami. Kami meminjamnya dari anak-anak kami,” katanya. 

Mereknya merupakan perpaduan dari warisan Kenya dan India. “Saya terinspirasi oleh arsitektur Swahili dan bagaimana arsitektur tersebut muncul dalam bentuk material dan ukiran, sementara ritual dan upacara yang dipraktikkan di akar India saya memberikan pengalaman pada karya saya,” katanya.

Menggunakan kain regeneratif buatan lokal, pewarna alami, dan daur ulang, LilaBare menjual barang-barang yang dapat dibuat kompos yang dapat dibawa kembali ke toko untuk perbaikan gratis seumur hidup.

Sejpal juga memiliki strategi yang melibatkan pelanggan lokal. “Di sini, kami tidak pernah bersaing dalam hal harga, kami hanya bersaing dalam nilai. Di luar produk, kami mengumpulkan komunitas melalui pengalaman mendalam di mana orang dapat mencoba mewarnai dan berbincang tentang teknik pembuatan sambil menikmati teh Masala dan manisan India. Ada lapisan baru pada merek ini yang membina hubungan mendalam dengan audiens lokal kami.”

Related Topics