LUXURY

HOSHINOYA Bali, Lekat Menyatu Dengan Alam Ubud

Eksotisme berpadu kemegahan alam.

HOSHINOYA Bali, Lekat Menyatu Dengan Alam UbudBalinese Gate - Balinese woman/Dok. HOSHINOYA Bali
04 July 2023

Jakarta, FORTUNE -  Hoshino Resort dibangun di Jepang dan telah beroperasi sejak tahun 1941. Pada awalnya, mereka adalah ryokan tradisional Jepang di Karuizawa, prefektur Nagano, Jepang. 

Sejak tahun 2001 perusahaan kemudian mengubah fokusnya menjadi manajemen perhotelan dan telah sukses mengelola 40 properti di dalam dan luar Jepang. Salah satu segmen bisnis utamanya adalah brand hotel mewah yang dikenal dengan nama HOSHINOYA .

Tak hanya di Jepang, kini Hoshinoya menyatu dengan alam Ubud yang indah. HOSHINOYA Bali, yang dibangun pada tahun 2017, merupakan hotel pertama yang didirikan di luar Jepang. 

Dalam keterangan resmi, General Manager HOSHINOYA Bali, Takaaki Yasuda mengatakan konsepnya adalah menggabungkan kekayaan dan keragaman budaya seni Bali. Di Bali, terdapat berbagai peninggalan zaman kerajaan dan pura-pura yang memiliki mata air keramat, menciptakan suasana kemegahan kerajaan kuno. 

Salah satu sumber air suci yang ada di sekitar resor adalah sungai Pakerisan, yang berasal dari mata air Pura Tirta Empul. Konon, dewa Indra menancapkan pedangnya ke bumi dan air suci memancar dari dalamnya. Air ini mengalir melalui sungai Pakerisan dan menjadi sumber kehidupan hutan Ubud. Di HOSHINOYA Bali, tamu dapat merasakan air mengalir dari sungai Pakerisan di berbagai bagian resor, seolah-olah sungai itu sendiri adalah manifestasi ilahi.

Rancangan resor mengikuti filosofi Hindu Bali, yang didasarkan pada keseimbangan antara manusia, alam, dan dunia gaib. Keseimbangan ini menciptakan daya tarik menakjubkan di HOSHINOYA Bali, sebuah resor yang terinspirasi oleh pemukiman desa Bali, dikelilingi oleh hutan alami, terletak di lereng bukit, dan menghadap lembah dengan sungai suci yang mengalir di dasarnya.

Berlokasi di Banjar Pengembungan, Desa Pejeng Kangin, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar , HOSHINOYA Bali mudah dijangkau dan hanya sekitar 90 menit menggunakan mobil dari bandara udara internasional Ngurah Rai Bali.

HOSHINOYA Bali mengajak tamu untuk menjelajahi keindahan Ubud yang belum tersentuh, yakni the unknown Ubud, melalui berbagai kegiatan dalam resor. Dari kekayaan budaya dan sejarah Ubud sampai kepada keseharian penduduk lokal, semua kegiatan ini dirancang khusus untuk menginspirasi tamu dengan kegiatan dan pengalaman yang bermakna saat menginap.

HOSHINOYA Bali menawarkan lokasi yang sempurna dengan pemandangan alam yang memukau, kisah bersejarah kerajaan masa lampau yang tidak banyak diketahui dan budaya otentik dari kehidupan masyarakat Bali sekitar resor. Dengan posisi di kaki lembah sungai Pakerisan yang suci, dikelilingi pedesaan Bali asli, tamu dapat mengalami keseharian kehidupan Bali yang bermakna, di mana warisan nilai-nilai luhur tradisi masih dijunjung hingga saat ini. Dengan beragam fasilitas dan aktivitas seru, HOSHINOYA Bali tentu tak boleh dilewatkan sebagai destinasi liburan Anda.


 

Kemegahan rancangan, arsitektur, dan pencahayaan

Dok. Hoshinoya Bali

HOSHINOYA Bali dirancang oleh arsitek Rie Azuma bersama Azuma Architect & Associates. Dia mendalami dan mempelajari budaya Bali dengan cara berkunjung ke pura-pura Hindu dan rumah adat serta pedesaan Bali. Dia juga mempelajari seni kerajinan tangan tradisional berbahan logam, batu, kayu, dan seni membatik dari seluruh Indonesia.

Mengusung inspirasi dari mereka yang ditemui dan berbagai penemuan dari sepanjang perjalanannya, Azuma melahirkan rancangan resor yang memadukan konsep estetika HOSHINOYA. Resor yang dibangun mencerminkan gabungan harmonis antara tata ruang Jepang dengan tata ruang berdasarkan budaya Bali.

Vila-vila di dalam HOSHINOYA Bali terletak di pinggir tiga buah kolam renang memanjang berbentuk saluran kanal. Setiap vila terdiri dari sebuah teras yang difungsikan sebagai tempat istirahat di tepi kolam dan gazebo berhias atap alang-alang, yang khusus dirancang untuk memberikan keteduhan sambil menikmati iklim tropis Bali. Secara keseluruhan, vila-vila tersebut berbentuk seperti sebuah desa yang mengikuti kontur kolam sebagai sumber air, di mana desain ini bisa dimaknai saat berada di dalam kolam. Ruang yang terbuka untuk umum menawarkan kenyamanan dengan desain kontemporer berlatar nuansa klasik Bali. Di saat yang bersamaan, ruang-ruang ini juga mengalirkan udara segar dari lembah dan sungai di seberangnya. 

Lanskap taman dirancang oleh Hiroki Hasegawa dari Studio on site. HOSHINOYA Bali terletak di bagian Timur Ubud, di atas lahan yang datar dengan kontur lembah dan sungai yang mengalir di dasar lembah. Geografi seperti ini sangat khas Bali dan Hasegawa memanfaatkan ruang ini untuk menciptakan dua zonasi yang sangat berbeda. 

Vila-vila dibangun di atas bagian lahan yang datar, yang dirancang mengelilingi tiga kolam renang berbentuk kanal. Setiap kolam renang memiliki ruang yang ditata seperti taman air, di mana Hasegawa menciptakan bagian kolam renang yang terpisah untuk masing-masing vila, dan bisa diakses langsung dari teras vila. 

Kemudian bagian tengah kolam menjadi ruang publik berbentuk kanal yang bisa digunakan bersama-sama. Taman-taman asri di sepanjang kolam renang memberikan kesan aliran air alami, cerminan visual dari lembah dan sungai yang banyak ditemukan di Ubud. 

Ruang publik yang terletak di pinggiran lembah, juga dirancang sedemikian sehingga mengikuti lanskap alam. Sebuah dek kayu dibangun di bagian atas lembah, tepat di atas saluran irigasi tradisional Bali, yang dikenal sebagai subak berumur ratusan tahun, yang hingga kini masih digunakan untuk mengairi sawah-sawah di Ubud. Tamu bisa menyusuri dek kayu ini saat memasuki resor setelah melewati reception, dan disambut dengan suasana hutan alami Bali yang rimbun dan memukau. Serangkain Cafe Gazebo yang berbentuk sangkar besi berdiri di sepanjang dek kayu, menggantung di pinggiran lembah dan dikelilingi pemandangan pepohonan hutan yang menakjubkan. Disini, tamu dapat bersantai dibalut suasana dan panorama alam hijau yang menentramkan. 

Pencahayaan di HOSHINOYA buah karta Masanobu Takeishi, Illumination of City Environment. Walaupun suasana malam hari di Ubud umumnya gelap gulita, tetapi Takeishi ingin menciptakan skema penerangan dari cahaya bintang di langit, yang tetap memberikan rasa aman dan nyaman bagi tamu. Ini diwujudkan dengan membungkus lampu-lampu dengan kain batik atau meletakkan bohlam di dalam wadah yang terbuat dari besi, tembaga, kayu atau batu karya pengrajin Bali. Penerangan yang dihasilkan dari lampu-lampu tersebut menciptakan bayangan yang syahdu dan indah, dimana cahaya lampu menyebar dan memberikan kehangatan di segala sudut vila. 

Kesan paling menonjol dari penerangan buatan dalam vila adalah pencahayaan ukiran kayu yang ada di setiap dinding vila. Skema pencahayaan ini menunjukkan berbagai rincian detail ukiran yang rumit, sehingga menonjolkan keindahan dan keistimewaan ukiran tersebut. Lampu kecil dan lampu dinding digunakan untuk menciptakan kesan ruang pribadi di balkon maupun teras vila. 

Sementara pencahayaan di kolam diatur sedemikian sehingga terasa sebagai perpanjangan ruangan dalam vila. Setiap sudut pencahayaan dirancang khusus untuk mewujudkan suasana berlibur dan menginap yang memikat berbalut hutan alami Ubud. 

Villa berkonsep desa tradisional Bali

Dok. Hoshinoya bali

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.