Adaro Minerals Raup Pendapatan Rp18,9 Triliun Sepanjang 2024

- Pendapatan usaha sebesar US$1,15 miliar atau Rp18,96 triliun pada tahun lalu, naik 6 persen secara tahunan.
- Volume produksi perseroan pada tahun lalu mencatat kenaikan 30 persen menjadi 6,63 juta ton.
- Adaro Minerals merealisasikan belanja modal sebesar US$405,68 juta untuk konstruksi smelter aluminium KAI dan proyek infrastruktur Maruwai Coal (MC).
Jakarta, FORTUNE – Emiten pertambangan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) mencatat pertumbuhan kinerja pendapatan sepanjang 2024. Meski begitu, pertumbuhan tersebut tidak diikuti dengan kenaikan laba bersih perseroan.
ADMR membukukan pendapatan usaha sebesar US$1,15 miliar atau Rp18,96 triliun pada tahun lalu, angka ini naik 6 persen secara tahunan. Walaupun rata-rata harga jual (ASP) turun 16 persen akibat melemahnya harga batu bara metalurgi, kenaikan volume penjualan sebesar 26 persen mampu mengimbangi pendapatan perseroan.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer PT Adaro Minerals Indonesia Tbk, Christian Ariano Rachmat mengatakan, perusahaan mampu mencapai target dan terus mencatat pertumbuhan volume yang konsisten di tengah fluktuasi harga.
“Walaupun ASP melemah, peningkatan volume mampu berkontribusi mengimbangi dampak terhadap profitabilitas,” kata Christian dalam keterangannya dikutip Selasa (4/3).
Saat ini, produk ADMR dijual ke para pelanggan blue-chip di berbagai lokasi yang tersebar di Jepang, Cina, India, Indonesia, dan Korea Selatan. Volume produksi perseroan pada tahun lalu mencatat kenaikan 30 persen menjadi 6,63 juta ton. Pengupasan lapisan penutup yang mencapai 23,55 juta bcm setara dengan kenaikan 26 persen dari 2023, sehingga nisbah kupas mencapai 3,55x pada tahun lalu.
Perseroan juga mencatat EBITDA operasional sebesar US$580 juta naik 1 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Meski begitu, pada pos laba bersih, ADMR justru mencatat penurunan menjadi US$434,76 juta dari yang sebelumnya US$440,84 juta.
Realisasi Capex
Sepanjang tahun lalu, Adaro Minerals merealisasikan belanja modal sebesar US$405,68 juta, untuk konstruksi smelter aluminium KAI dan proyek infrastruktur Maruwai Coal (MC).
Setelah rampung nanti, peningkatan infrastruktur MC diharapkan akan mendukung peningkatan volume, dan memungkinkan perusahaan untuk memenuhi komitmen volume kepada para pelanggan. Sedangkan untuk proyek smelter aluminium KAI, fase pertama diperkirakan akan mencapai COD pada akhir 2025, yang akan mendiversifikasi pendapatan.
Investasi strategis pada infrastruktur untuk mendukung peningkatan target volume produksi batu bara metalurgi. “Kami terus mengeksekusi investasi strategis untuk mendukung pengembangan di masa depan dan mendorong pertumbuhan jangka panjang. Fokus kami terhadap ekspansi didukung dengan profitabilitas yang tinggi dan saldo kas yang sehat,” katanya.