Balikkan Rugi, PT Timah (TINS) Cetak Laba Bersih Rp1,19 Triliun

- PT Timah mencetak laba bersih Rp1,19 triliun di tengah fluktuasi harga logam timah
- Produksi bijih timah naik 31% menjadi 19.437 ton Sn, sementara penjualan logam timah naik 22% menjadi 17.507 ton
- Laba usaha sebesar Rp1,76 triliun dengan EBITDA sebesar Rp2,71 triliun atau 396% dari tahun 2023, serta laba bersih melesat 364% dari tahun sebelumnya
Jakarta, FORTUNE - PT Timah Tbk (TINS) mencetak kinerja operasional dan keuangan positif pada 2024. Kenaikan ini terjadi di tengah gejolak ketidakpastian ekonomi makro yang berdampak ke fluktuasi harga logam.
Sebagai informasi, harga rata-rata logam timah Cash Settlement Price London Metal Exchange (LME) pada 2024 tercatat US$30.177,45 per ton, naik 16,3 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar US$25.959,04 per ton.
Adapun persediaan timah di gudang LME pada akhir Desember 2024 berada di posisi 4.800 ton, turun 35,6 persen dari awal tahun 2024 (5 Januari 2024) yang sebanyak 7.450 ton.
Dari segi operasional, TINS mencatat produksi bijih timah mencapai 19.437 ton Sn pada akhir 2024, naik 31 persen dibandingkan tahun sebelumnya 14.855 ton Sn. Laju pertumbuhan ini tercatat lebih tinggi dari pertumbuhan industri, di mana berdasarkan CRU Tin Monitor estimasi pertumbuhan produksi logam timah global pada 2024 naik 1,4 persen (YoY) menjadi 371.880 ton.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT TIMAH Tbk, Fina Eliani menjelaskan bahwa pertumbahan di perusahaannya disebabkan terjadi peningkatan jumlah unit tambang darat, produktivitas objek tambang laut, dan optimalisasi arah penggalian dengan melakukan bor pandu pada blok rencana kerja.
Sementara produksi logam timah naik 23 persen menjadi 18.915 metrik ton dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 15.340 metrik ton. Laju pertumbuhannya pun lebih tinggi dari konsumsi logam timah global pada 2024 diperkirakan turun 2,6 persen (YoY) ke 372.720 ton.
Untuk penjualan logam timah, TINS mencatat kenaikan sebesar 22 persen menjadi 17.507 ton, salah satunya diidukung oleh harga jual rata-rata logam timah yang naik 17 persen secara tahunan menjadi sebesar US$31.181 per metrik ton.
Pada periode yang sama, perseroan mencatat kontribusi penjualan logam timah domestik sebesar 12 persen. Sementara sisanya diekspor dengan enam besar negara tujuan ekspor meliputi Korea Selatan dengan porsi 19 persen, Singapura 18 persen; Jepang 15 persen, Belanda 12 persen, India 10 persen, dan ekspor ke China 7 persen.
Kinerja Keuangan
Sepanjang 2024, TINS mencetak peningkatan pendapatan sebesar 29,37 persen menjadi Rp10,86 triliun. Sementara itu, beban pokok pendapatan perseroan naik 1,26 persen secara tahunan menjadi Rp8,03 triliun. Badan Usaha Milik Negara ini membukukan laba usaha sebesar Rp1,76 triliun dengan pencapaian EBITDA sebesar Rp2,71 triliun atau 396 persen dari tahun sebelumnya.
Dari sisi neraca, nilai aset PT Timah turun tipis 0,42 persen menjadi Rp12,80 triliun. Sedangkan posisi liabilitas berada di Rp5,35 triliun, Fina mengatakan penyebabnya pelunasan pinjaman bank jangka pendek, obligasi dan pembelian kembali medium term notes (MTN). Adapun posisi ekuitas mengalami peningkatan 19,35 persen secara tahunan menjadi Rp7,45 triliun, seiring dengan dibukukannya laba pada 2024.
Meski begitu, hasil kinerja ini mengantarkan PT Timah mencapai aba bersih sebesar Rp1,19 triliun, melesat 364 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang membukukan rugi bersih sebesar Rp449,67 miliar.
Selain itu, beberapa rasio keuangan penting juga masih mampu terjaga dengan baik, sepert Quick Ratio sebesar 73,2 persen, Current Ratio sebesar 222,0 persen, Debt to Asset Ratio sebesar 41,8 persen, dan Debt to Equity Ratio sebesar 71,8 persen.
Fina menjelaskan, sepanjang 2024 perusahaan telah melakukan upaya efisiensi dan optimalisasi biaya dalam bentuk penurunan fixed cost melalui pengeluaran investasi yang selektif ke investasi penunjang operasi untuk memitigasi kenaikan beban depresiasi dan menjaga cashflow, serta menurunkan interest bearing debt untuk mengurangi biaya bunga dengan melakukan buyback MTN.
“Di tengah kondisi ekonomi makro dan pasokan logam timah global yang kurang mendukung, perseroan berhasil mencapai kinerja yang cemerlang dengan optimalisasi kinerja produksi, pemasaran dan keuangan dalam hal menurunkan interest bearing debt dan efisiensi.“ ujar Fina.
Optimisme Terhadap Keberlanjutan
Pada 2025, TINS optimistis terhadap keberlanjutan aktivitas pertambangan timah dan operasional usaha, dengan melaksanakan kegiatan eksplorasi baik di darat maupun di laut untuk menemukan sumber daya dan cadangan mineral timah. Pada 2024 perseroan mencatat sumber daya timah sebesar 807.234 ton dan cadangan timah sebesar 312.506 ton.
"Untuk meningkatkan kinerja, kami melakukan berbagai upaya strategis seperti optimalisasi dan peningkatan produksi bijihvtimah, perbaikan tata kelola kerjasama kemitraan dan kerjasama penambangan darat dan laut, optimalisasi dan efisiensi berkelanjutan di seluruh lini bisnis, optimalisasi kinerja dan pengembangan anak perusahaan," ujar dia.