BEI Pastikan Superbank Tidak Sedang dalam Proses Book Building IPO

- Superbank sebelumnya dikenal sebagai PT Bank Fama International, yang berdiri di Bandung pada 1993.
- Pertumbuhan kinerja Superbank sepanjang semester I-2025 menunjukkan tren positif.
Jakarta, FORTUNE - Bursa Efek Indonesia (BEI) Superbank tidak sedang melakukan book building atau offering pada sistem e-IPO BEI. Sanggahan ini menjawab isu dari tangkapan layar yang beredar bahwa perusahaan tersebut akan menggelar penawaran saham perdana atau IPO.
Dalam keterangan resmi yang dilansir Jumat (26/9), Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, memberikan penekanan bahwa BEI tidak mengelola sistem e-IPO 'bayangan.'
“Satu-satunya link untuk mengakses sistem e-IPO adalah melalui https://www.e-ipo.co.id/en,” ujar Nyoman.
Pada tangkapan layar tersebut terdapat informasi Superbank akan melangsungkan IPO pada Oktober 2025 dengan rentang harga book building Rp250-300. Namun, dalam web e-IPO, data mengenai IPO Superbank belum muncul.
Superbank, yang sebelumnya dikenal sebagai PT Bank Fama International, berdiri di Bandung pada 1993. Menurut laman resminya, perusahaan itu tengah mengupayakan transformasi menjadi bank yang berfokus pada layanan digital.
Pada awal 2023, Bank Fama resmi menjadi Superbank dan memindahkan kantor pusatnya ke Jakarta dengan kantor cabang di Jakarta dan Bandung.
Superbank menjadi bagian dari Emtek Group pada akhir 2021, diikuti oleh Grab dan Singtel pada awal 2022, dan KakaoBank pada 2023 sebagai bagian dari konsorsium
Dari sisi kinerja, Superbank mengalami pertumbuhan sepanjang semester I-2025, seperti dapat ditengok pada departemen penyaluran kredit yang mencapai Rp8,4 triliun, atau mengalami peningkatan 123 persen secara tahunan (YoY).
Pertumbuhan kredit ini juga mendorong kenaikan total aset menjadi Rp15,0 triliun, atau naik 122 persen dibandingkan dengan periode sama pada tahun sebelumnya.
Dari sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) melesat 748 persen (YoY) menjadi Rp8,4 triliun.
Kinerja pendapatan juga menunjukkan tren positif. Pendapatan bunga bersih tumbuh 171 persen (YoY) menjadi Rp667,6 miliar, didukung oleh peningkatan pendapatan bunga bruto sebesar 237 persen menjadi Rp904,7 miliar. Hal ini mendorong perbaikan Net Interest Margin (NIM) menjadi 10,2 persen, naik dari 8,1 persen pada tahun sebelumnya.