Bitcoin Tembus US$100.000 Usai Kesepakatan Dagang AS-Inggris

Jakarta, FORTUNE - Bitcoin kembali menembus level psikologis US$100.000 untuk pertama kalinya sejak Februari, menyusul pengumuman Presiden Amerika Serikat Donald Trump tentang kesepakatan dagang dengan Inggris dan rencana pertemuannya dengan Presiden Cina Xi Jinping di Jenewa akhir pekan ini.
Aset kripto terbesar di dunia itu melonjak sekitar 5 persen dalam 24 jam terakhir, mencapai puncak tertinggi di US$101.500 pada Kamis (8/5/2025). Ethereum naik 13 persen, Solana 10 persen, dan XRP 6 persen, di tengah kembalinya investor ke aset berisiko setelah berminggu-minggu ketidakpastian ekonomi. Ether bahkan sempat menyentuh level tertinggi sejak Maret di US$2.050,46.
“Lonjakan harga ini terjadi setelah kesepakatan dagang antara AS dan Inggris diumumkan, serta berita bahwa pejabat AS dan Cina bersiap untuk melanjutkan pembicaraan dagang di Swiss,” ujar Nicholas Roberts-Huntley, CEO Blueprint Finance, melansir dari Fortune.com (9/5).
Menurut Presiden Trump, kesepakatan ini merupakan terobosan besar dan akan meningkatkan ekspor produk Amerika ke Inggris secara signifikan.
“Kesepakatan ini mencakup peningkatan akses pasar senilai miliaran dolar untuk ekspor Amerika, terutama di bidang pertanian, yang secara dramatis meningkatkan akses untuk daging sapi Amerika, etanol, dan hampir semua produk yang diproduksi oleh para petani hebat kita,” ujar Trump dalam konferensi pers di Ruang Oval, seperti dilaporkan Yahoo Finance.
Kesepakatan bilateral ini juga mencakup penyesuaian tarif. Inggris tetap akan menghadapi tarif dasar sebesar 10 persen untuk barang ekspornya ke AS. Namun, tarif 25 persen untuk mobil Inggris akan diturunkan menjadi 10 persen, dan bea masuk atas baja akan dihapus. Di sisi lain, Inggris sepakat menurunkan tarifnya atas barang AS dari 5,1 persen menjadi 1,8 persen , serta memberikan akses pasar yang lebih luas untuk produk-produk AS. “Rincian lainnya akan diselesaikan dalam beberapa minggu mendatang,” kata Trump.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyebut kesepakatan ini sebagai hari bersejarah bagi hubungan kedua negara. Adapun Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick menegaskan bahwa kesepakatan ini merupakan bagian dari pendekatan tarif resiprokal yang dimulai sejak 2 April 2025, kebijakan yang sempat mengguncang pasar global.
Langkah Trump tersebut sempat memicu gejolak pasar. Sebelum kesepakatan diumumkan, rencana pengenaan tarif dasar dan tambahan terhadap hampir semua mitra dagang AS menyebabkan S&P 500 anjlok 12 persen dan Bitcoin terperosok 11 persen menjelang tanggal efektif 9 April. Meskipun kemudian Trump mengumumkan penundaan tarif selama 90 hari—kecuali untuk Cina—volatilitas tetap membayangi pasar.
“Penembusan kembali ke level US$100.000 adalah salah satu pencapaian paling tangguh Bitcoin dan menjadi pengingat bahwa membeli saat pasar panik—padahal bulan lalu Bitcoin masih tertahan di sekitar US$74.000—bisa sangat menguntungkan,” ujar Antoni Trenchev, salah satu pendiri Nexo, dikutip dari Reuters.
Ia menambahkan, “Kecepatan reli ke angka US$100.000 di tengah kembalinya selera risiko menjadi sinyal bahwa level US$109.000 dan lebih tinggi kini menjadi target berikutnya, karena pembelian dari investor jangka panjang jauh melampaui aksi jual dari investor jangka pendek”
Sementara itu, Joel Kruger, analis pasar dari LMAX Group, menilai lonjakan Bitcoin turut dipicu oleh masuknya arus investasi institusional ke ETF Bitcoin, meredanya ketegangan geopolitik, serta kebijakan stimulus moneter dari Cina.
Analis lain juga memperkirakan momentum positif ini bisa berlanjut, terutama jika kesepakatan-kesepakatan dagang baru kembali tercapai. “Dengan adanya kesepakatan seperti ini, ada harapan akan lebih banyak konsesi serupa. Dan semakin banyak kesepakatan serta konsesi, semakin besar pula kepastian dan kondisi pasar yang lebih baik,” ujar Charles Wayn, salah satu pendiri Galxe, kepada Fortune.