MARKET

Didominasi Investor Generasi Z, Kepemilikan Saham Ritel Meningkat

Per September 2021 Gen Z mencapai 14% dari total investor

Didominasi Investor Generasi Z, Kepemilikan Saham Ritel MeningkatBursa Efek Indonesia. (Wikimedia Commons)
08 November 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencermati saham ritel yang didukung oleh basis investor ritel yang terus mengalami peningkatan dan berpotensi besar. Saat ini, sedikitnya ada 750 perusahaan telah terdaftar di Indonesia Stock Exchange (IDX) dengan kapitalisasi pasar mencapai US$519 miliar dan rata-rata, nilai perdagangan mencapai US$948 juta.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, kepemilikan saham investor ritel pada bulan September 2021 telah mencapai 14 persen dari total investor, meningkat dibandingkan tahun 2015 yang hanya sebesar 6,5 persen.

Pada saat yang sama, nilai perdagangan yang dihasilkan investor ritel menunjukkan potensi yang cukup besar di mana porsinya telah mencapai 63,5 persen pada September 2021.

“Investor domestik memiliki dominansi pada pasar modal Indonesia, salah satunya tercermin dari porsi kepemilikan di pasar saham yang mencapai 53,42 persen. Sementara pada pasar obligasi Pemerintah maupun korporasi, investor domestik memiliki porsi masing-masing sebesar 78,44 persen dan 94,05 persen,” ujar Menko Airlangga pada webinar KAFEGAMA bertema Memanfaatkan Momentum Kenaikan Investor Ritel di Pasar Modal: Peluang, Tantangan, dan Kebijakan 2021, dikutip Senin (8/11).

Investor retail didominasi Gen Z

source_name

Menko Airlangga menyampaikan, demografi investor ritel menunjukkan bahwa investor Generasi Z yang berusia 18–25 tahun mendominasi, dengan porsi sebesar 38 persen dari total investor ritel . 

Dengan demikian, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pada generasi muda, khususnya Generasi Z, tentu akan mendorong aktivitas kewirausahaan, sehingga dapat memunculkan wirausahawan baru atau startup yang melantai di bursa.

“Munculnya usaha baru berbentuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ataupun startup akan menimbulkan potensi Initial Public Offering (IPO) di BEI. Tentunya dorongan untuk melakukan IPO ini nantinya akan mendorong pengembangan pasar modal secara keseluruhan,” katanya.

Kedua jenis usaha ini dapat masuk ke papan akselerasi dan secara bertahap dapat melakukan penawaran umum (IPO) di papan utama.

Menko Airlangga menambahkan, “Pemerintah berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan seluruh stakeholder, termasuk civitas akademika, dalam mengembangkan ekosistem kewirausahaan.”

Terkait hal tersebut, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan KUMKM. Pengaturan ini juga menekankan peran penting lembaga inkubator dalam mendorong pengembangan dan pertumbuhan wirausaha.

Generasi milenial paling adaptif menghadapi pandemi

source_name

Related Topics