Didorong Rilis Kinerja Emiten, IHSG Diproyeksi Rebound Hari Ini

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan rebound pada Selasa (28/10), setelah ditutup turun 1,87 persen ke level 8.117 kemarin (27/10).
Technical Analyst BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS), Reza Diofanda, mengatakan, secara teknikal, IHSG berpeluang rebound selepas berhasil menutup gap di area 8.100, dengan resisten psikologis berikutnya di kisaran 8.200.
"Selain isu penyesuaian free float, pasar juga akan fokus pada keputusan suku bunga The Fed dan rilis kinerja emiten kuartal-III 2025 sebagai katalis berikutnya," kata Reza dalam risetnya.
Daftar saham pilihan BRIDS pada perdagangan hari ini, meliputi: MAPA, UNTR, MBMA, dan BBYB.
Sementara itu, Phintraco Sekuritas memprediksi IHSG hari ini menguji level psikologis 8.000. Secara teknikal, IHSG breaklow MA20 di level 8.117 dengan kenaikan volume transaksi.
"Stochastic RSI juga mengalami death cross di pivot area, dengan MACD membentuk penyempitan negative slope," kata tim riset Phintraco Sekuritas.
Saham-saham yang masuk daftar pantauan mereka hari ini, meliputi: ADMR, BBYB, MAPA, ARTO, dan GGRM.
Kemarin, IHSG tertekan oleh koreksi mayoritas saham grup konglomerasi dan yang berkaitan dengan MSCI. Hal itu merupakan respon atas MSCI yang berencana melakukan penyesuaian metodologi perhitungan free float khusus untuk konstituen saham Indonesia.
MSCI masih akan menerima masukan hingga 31 Desember 2025 dan hasil diumumkan paling lambat 30 Januari 2026. Jika disetujui, perubahan ini akan diterapkan pada review Mei 2026.
Selain itu, MSCI juga akan menerapkan pembulatan baru mulai Mei 2026, dengan aturan berbeda tergantung besarnya free float: 25 persen dibulatkan ke 2,5 persen terdekat, 5–25 persen dibulatkan ke 0,5 persen terdekat, dan <5 persen dibulatkan ke 0,5 persen terdekat. Kebijakan ini akan berdampak terhadap bobot saham Indonesia dalam indeks Emerging Markets MSCI.
Dari dalam negeri, investor juga menanti membaiknya perekonomian domestik pada kuartal-IV 2025.
Sementara dari proyeksi kinerja emiten, sebelumnya, BBCA mencatatkan kinerja yang solid, BBNI cenderung mengalami tekanan disisi biaya dana sehingga menekan laba, dan BMRI juga mencatatkan penurunan laba seiring dengan meningkatnya beban provisi dan beban lain-lain di kuartal-III 2025.







