Laba Bukit Asam Tergerus per Q3-2023, Ini Penyebabnya

Jakarta, FORTUNE - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencetak laba bersih senilai Rp3,8 triliun dalam 9 bulan pertama 2023, tergerus 62 persen (YoY) dari periode serupa tahun lalu yang mencapai Rp10,0 triliun.
Tak hanya laba bersih, pendapatan Bukit Asam pun terkoreksi dari hampir Rp31,1 triliun menjadi Rp27,7 triliun.
Mengapa perusahaan tersebut mencatatkan penurunan kinerja baik dari sisi top line maupun bottom line?
Itu karena berbagai tantangan harus perseroan hadapi tahun ini, seperti koreksi harga batu bara dan fluktuasi pasar.
Rata-rata harga batu bara ICI-3 tertekan sekitar 33 persen dari US$128,5 per ton pada Januari-September 2022, menjadi US$86,3 per ton pada periode sama tahun ini.
"Di sisi lain, harga pokok penjualan mengalami kenaikan, di antaranya pada komponen biaya royalti, angkutan kereta api, dan jasa penambangan," demikian Corporate Secretary Bukit Asam, Niko Chandra, dikutip Selasa (31/10).
Padahal, kinerja operasional perseroan selama Januari–September 2023 telah meningkat.
Jumlah produksi batu bara PTBA sampai kuartal III-2023 mencapai 31,9 juta ton atau naik 15,2 persen (YoY) dari 27,7 juta ton.
Kenaikan produksi itu seiring dengan kenaikan volume penjualan batu bara sebesar 14,9 persen menjadi 27,0 juta ton.
Hingga kuartal III-2023, perseroan mencatat penjualan ekspor 11,2 juta ton atau naik 24,4 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, realisasi Domestic Market Obligation (DMO) tercatat mencapai 51 persen.
Untuk itu, Bukit Asam berupaya memaksimalkan potensi pasar domestik serta peluang ekspor. Perseroan itu pun mengutamakan cost leadership sehingga implementasi dari efisiensi secara berkelanjutan bisa dilakukan secara optimal.
"Selain itu, perseroan berharap agar pembentukan Mitra Instansi Pengelola (MIP) dapat segera terealisasi dan memberikan dampak baik bagi kinerja keuangan PTBA," kata Niko.