Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Harga Minyak Dunia Anjlok Berpotensi Di bawah US$50, Apa Sebabnya?

Ilustrasi tambang minyak.
Ilustrasi tambang minyak. (ShutterStock/Corona Borealis Studio)
Intinya sih...
  • Minyak dunia terus anjlok akibat ketegangan perdagangan AS-China, harga Brent turun 3,90% ke US$63,01 per barel.
  • Harga minyak mentah WTI AS juga turun 4,03%, menjadi $59,52 dengan penurunan year to date mencapai 17,07 persen.
  • Ketegangan perang dagang AS-China memicu penurunan permintaan minyak mentah hingga 1 juta bph, sementara rencana OPEC+ menaikkan produksi turut menambah momentum koreksi harga minyak.

Jakarta, FORTUNE - Harga minyak dunia terus terkoreksi seiring meningkatnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Cina.

Berdasarkan Trading Economics, Senin (7/4) pukul 14:18 WIB, harga minyak mentah Brent turun ke level 3,90 persen secara harian ke level US$63,01 per barel pada pukul 14:21 WIB. Secara year to date, harga ini telah turun 15,67 persen.

Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 4,03 persen, menjadi US$59,52. Secara year to date penurunannya mencapai 17,07 persen. Kedua harga acuan itu pun turun ke level terendah sejak April 2021. Tekanan terhadap harga minyak tersebut, terutama disebabkan oleh meningkatnya ketegangan perang antara Amerika Serikat dan Cina.

Dikutip dari Reuters, investor memperkirakan kemungkinan resesi yang lebih tinggi yang ujungnya berdampak pada pengurangan permintaan minyak mentah.

Analis Mata Uang dan Komoditas Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan perang dagang berpotensi menurunkan permintaan sebesar 500 ribu barel per hari (bph) hingga 1 juta bph. Menurutnya tindakan pembalasan dari China terhadap kebijakan tarif Trump yang memicu eskalasi perang dagang.

"Dengan perkembangan terakhir ini, harga minyak WTI berpotensi turun hingga ke US$50," ungkap Lukman kepada Fortune Indonesia, Senin (7/4).

Di samping itu, rencana Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) menaikkan produksi 411.000 bph mulai Mei turut menambah momentum koreksi pada harga minyak. Untuk diketahui sebelumnya OPEC+ berencana menaikkan produksi hanya sebesar 135.000 bph.

Lukman mengatakan, aksi OPEC+ ini disebabkan kekesalan dan juga hukuman kepada sejumlah anggota yang melanggar batas produksi. Selain itu, OPEC+ juga sudah tidak mau menahan harga tinggi karena mengganggap hal ini justru menguntungkan negara-negara yang melanggar dan negara produsen non OPEC+ seperti AS dan Kanada.

Share
Topics
Editorial Team
Ekarina .
EditorEkarina .
Follow Us