NEWS

Pengamat Nilai Pengembangan PLTN Sangat Berisiko di Indonesia

Solusinya optimalisasi EBT dan penggunaan teknologi AI.

Pengamat Nilai Pengembangan PLTN Sangat Berisiko di IndonesiaIlustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir/Pixabay
16 April 2024

Jakarta, FORTUNE – Guru Besar Universitas Kristen Indonesia (UKI) sekaligus pengamat energi, Prof. Atmonobudi Soebagio Ph.D, menilai bahwa tindak lanjut pemerintah dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), sebagai sesuatu yang berisiko dan memiliki beban biaya tinggi untuk dikembangkan.

Atmonobudi mengatakan bahwa tragedi PLTN Fukushima di Jepang, PLTN Three Mile Island di AS, serta bencana yang menimpa PLTN Chernobyl di Ukraina, adalah contoh-contoh bencana besar yang berisiko terjadi bila Indonesia terus bersikeras mengembangkan PLTN sebagai penghasil energi listrik.

“Apa pun penyebabnya, bencana PLTN akan membebani perusahaan pemiliknya berupa pengeluaran biaya yang sangat besar, karena harus menjalani tiga tahapan proses yang cukup panjang, yaitu Nuclear Decommissioning, Waste Management, dan Environmental Site Remediation, yang seluruh biayanya akan diperhitungkan pada tarif listrik,” ujar Atmonobudi kepada Fortune Indonesia, Senin (15/4).

Bila sampai terjadi, kata Atmonobudi, proses penyimpanan limbah nuklir harus bebas dari risiko kebocoran radioaktif, karena half life–interval waktu yang diperlukan untuk separuh dari sebuah partikel radioaktif mengalami peluruhan radioaktif–partikelnya, yang selama puluhan tahun masih membahayakan keselamatan dan cacat genetika pada manusia.

Langkah pemerintah

Ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir.
Ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir. (Pixabay/JamesQube)

Rencana pembangunan PLTN sudah masuk dalam revisi Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN). Pemerintah saat ini sedang menyelesaikan bentuk organisasi yang mengordinasikan PLTN di dalam negeri atau Organisasi Pelaksana Program Energi nuklir (Nuclear Energy Program Implementing Organization/NEPIO).

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, mengatakan bahwa sejumlah investor telah menunjukkan minatnya untuk berinvestasi pada pengembangan nuklir di dalam negeri.

“Ada beberapa setahu saya sudah ada Thorcon menginisiasi tipe SMR, terus Rusia, jadi ada beberapa yang sudah mulai masuk tapi kita pastikan dulu organisasinya,” katanya kepada media, Senin (25/3).

Pemerintah sendiri mempercepat target operasi komersial PLTN dari 2039 menjadi 2032. Rencana ini terangkum dalam revisi Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN), yang dirampungkan Dewan Energi Nasional (DEN) pada akhir 2023.

Sejalan dengan ini, Eks Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Djarot Sulistio Wisnubroto, mengemukakan bahwa energi nuklir merupakan keniscayaan bagi Indonesia jika ingin mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

Solusi

Ilustrasi ekosistem EBT.
Ilustrasi ekosistem EBT. (Pixabay/Akitada31)

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.